Terdapat juga salah satu hadist yang menerangkan tentang Birrul Walidaini dari hadist Shahih Bukhori No 5515 yang memiliki arti:
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Sufyan dan Syu'bah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Habib dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepadaku kami Sufyan dari Habib dari Abu Al 'Abbas dari Abdullah bin 'Amru dia berkata; seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam; "Saya hendak ikut berjihad." Beliau lalu bersabda: "Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" dia menjawab; "Ya,masih." Beliau bersabda: "Kepada keduanya lah kamu berjihad."
Banyak sekali isi kandungan dari Al-Quran dan Hadits yang berisikan penjelasan mengenai perihal berbakti kepada orang tua. Pada surat Al-isra ayat 23-24 ayat yang sudah sangat jelas bahwa pada ayat tersebut berisikan penjelasan agar kiranya umat muslim untuk dapat menjaga adab kepada orang tua salah satunya dengan cara menjaga perkataan kita supaya hanya perkataan yang baik saja yang kita keluarkan atau kita ucapkan untuk orang tua kita. Berikut arti dari Surat Al-isra ayat 23-24
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (24). Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Terdapat banyak penjelasan secara tafsir mengenai dua ayat tersebut diantaranya penjelasan dari Zubdatut Tafsir وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ (Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan) Asal dari ungkapan ini diambil dari perilaku burung jika ingin memeluk anaknya untuk mengasuh dan mengasihinya maka ia akan merendahkan sayapnya. Seakan-akan Allah berfirman kepada seorang anak “peliharalah kedua orang tuamu dengan mendekatkan dirimu dan tunduklah pada mereka. وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا (dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”) Yakni dengan kasih sayang seperti kasih sayang mereka ketika mengasuhku. Atau maknanya adalah kasihilah mereka sebab mereka telah mengasuhku.
Di dalam tafsir lainnya beberapa pendapat yang menejelaskan mengenai makna uffin, Abu raja‟ Al-Ttharadi mengatakan bahwa arti uffin ialah kata kata yang mengandung kejengkelan dan kebosanan, meskipun tidak keras di ucapkan. Ahli bahasa mengatakan bahwa kalimat uffin itu asal artinya ialah daki hitam dalam kuku. Lalu Mujahid menafsirkan ayat ini. Kata beliau:”artinya ialah jika engkau lihat salah seorangnya atau keduanya telah berak atau kecing di mana maunyan saja, sebagai mana yang engkau lakukan di waktu engkau kecil. Janganlah engkau mengeluarkan kata yang mengandung keluhan sedikitpun” sebab itu maka kata uffin dapatlah di artikan mengandung keluhan jengkel, decas mulut, ah, kerut kening dan sebagainya. Jelaslah bahwa alamat kecewa dan jengkel yang betapa kecil sekalipun hedaklah di hindari. Sebab itu tersebutlah di dalam sebuah hadits yang di rawikan dari Ali bin abi thalib, sabda nabi SAW yang artinya: “Kalau Allah mengetahui suatu perbuatan durhaka kepada orang tua perkataan yang lebih bawah lagi dari uf itu, niscaya itulah yang akan di sebutkan-Nya. Sebab itu, berbuatlah orang yang berkhidmat kepada kedua orang tuanya, apa sukanya, namun dia tidak akan masuk ke neraka. Dan berbuatlah orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya apa sukanya pula, namun dia tidaklah akan masuk ke syurga.
Pada zaman ini, sudah banyak sekali fenomena seorang anak yang durhaka terhadap kedua orang tuanya. Di antaranya yang terjadi di Lamongan, di mana sang anak tega memukul ayah kandungnya sendiri dengan kayu, batu, dan tangkai sapu dikarenakan dendam yang sudah lama dipendam, yakni sang anak yang merasa orang tuanya kurang memberikan perhatian. Adapula yang terjadi di Tulungangung, di mana sang anak berani memukul ibu kandungnya sendiri dengan menggunakan balok kayu, alasannya pun sama, yakni kurangnya perhatian orang tua terhadap anak.
Bentuk-bentuk Birrul Walidaini yang bisa dilakukan seorang anak untuk kedua orang tuanya
1. Menghormati kedua orang tua, dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Seorang Ibu yang telah mengandung dengan susah payah dan penuh penderitaan. Kemudian, ayah yang membanting tulang mencari nafkah untuk ibu dan anak-anaknya. Banyak cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang menunjukkan hormat, berbicara kepadanya dengan lemah-lembut, tidak mengungkapkan kata-kata kasar (apalagi kalau mereka berdua sudah lanjut usia), pamit kalau meninggalkan rumah (kalau tinggal serumah), selalu memberi kabar tentang keadaan kita dan menanyakan keadaan keduanya lewat surat atau telepon.
2. Membantu ibu dan bapak secara fisik dan material. Misalnya sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri membantu orang tua secara finansial, baik untuk membeli pakaian, makanan, minuman, dan lain-lain.
3. Menafkahi orang tua / merelakan harta yang diambil. Apabila orang tua mengambil harta anaknya, maka sang anak harus merelakan harta yang diambilnya itu bila memang jumlahnya wajar, hal ini karena orag tua sudah begitu banyak berkorban dengan hartanya untuk mendidik dan membesarkan sang anak. Sebab menafkahi dan memenuhi kebutuhan mereka merupakan cara anak berbakti kepada orang tuanya, maka sudah sepatutnya seorang anak memenuhi kebutuhan orang tua.