1. Dalam keadaan suci
  Orang yang membaca Al-Qur'an hendaknya suci dari Hadas, baik Hadas besar (dengan mandi) maupun Hadas kecil (dengan berwudhu).
2. Mulai dengan IstiazahÂ
   Membaca Al-Qur'an sebaiknya dimulai dengan membaca lafal Istiazah,yaitu A'uzu billahi minasysyaitanir-rojim 'Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk'. Apabila membaca ayat-ayat Al-Qur'an dimulai dari awal surah maka setelah membaca Istiazah lalu membaca basmalah, baru membaca ayat-ayat itu. Apabila tidak diawali surah,cukup Membaca Istiazah. Namun, khusus untuk surah at-taubah, walaupun dibaca mulai dari ayat pertama, tetap tidak perlu membaca basmalah, cukup dengan membaca Istiazah.
3. Â Tartil dan menjaga Kaidah Tajwid
   Tartil adalah membaca  Al-Qur'an dengan jelas, yaitu sesuai kaidah tajwid yang benar.
4. Membaguskan SuaraÂ
   Membaca Al-Qur'an hendaknya dengan bacaan yang jelas, makharijul huruf yang tepat, dan tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid.
5. Suara pelan atau kerasÂ
   Rasulullah Saw. Membaca Al-Qur'an tergantung situasi dan kondisi. Beliau terkadang membaca Al-Qur'an dengan pelan, terkadang juga membacanya dengan keras.
6. Bersujud ketika membaca Ayat Sajadah.
7. Ambil Mushaf dengan Tangan Kanan.
8. Menghadap kiblat.
9. Khusyuk dan tenang.
10. Mengencangkan pakaian yang pantas dan menutup aurat.
11. Penuh perhatian dengan berusaha mengetahui arti dan kandungan isi ayat yang dibaca.
12. Memerhatikan tanda waqaf dan tanda baca lainnya.
13. Mulut tidak berisi Makanan saat membaca Al-Qur'an.
14. Suara bacaan Al-Qur'an jangan sampai mengganggu orang yang tengah melaksanakan salat.
*Perkembangan Tanda BacaÂ
* Adapun yang pertama kali membuat tanda titik untuk membedakan huruf-huruf yang sama karakternya (nuqathu Harf) adalah Nashr bin Ashim (w. 89 H). Atas permintaan Hajjaj bin Ashim ats-Tsaqafi, salah seorang gubernur pada masa Dinasti Ummayyah (40-95 H.).
* Pada perkembangan berikutnya, Khalil bin Ahmad al-farahidi (w.170 H.) Menyempurnakan dhammah, sukun, dan tasydid seperti yang kemudian kita kenal sekarang ini.
* Kemudian pada masa Khalifah Al- Makmun, para ulama berijtihad untuk semakin mempermudah orang dalam membaca dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an khususnya orang-orang non-Arab dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid berupa isymam, dan madd.
* Para ulama ini juga membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat, mencantumkan nomor ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), dan menerangkan indentitas surah di awal setiap surah; terdiri dari nama, tempat turunnya surah, jumlah ayat, dan jumlah 'ain.
* Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al-Qur'an adalah tajzi' yaitu tanda pemisah antara satu juz dan juz yang lainnya berupa kata "juz" diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-juz'us-salisu untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa setengah juz, seperempat juz, seperlima juz, dan sepersepuluh juz.
* Musyawarah kerja Ulama Al-Qur'an ke-15 (23-25) Maret 1989) menghimpun masukkan dan saran masyarakat atas hasil terjemahan tim sehingga terjemahan tersebut kemudian disempurnakan oleh pusat penelitian dan pengembangan Lektur Agama bersama Laknat pentashin Mushaf Al-Qur'an, kini,demi menjaga isi kandungan Al-Qur'an di Indonesia harus melalui penelitian yang dilakukan oleh Lajnah pentashin Mushaf Al-Qur'an yang bekerja di bawah payung kementerian Agama Republik Indonesia.
* Adanya benih-benih perselisihan di antara pemeluk Islam dari kalangan non-Arab karena mereka membaca Al-Qur'an dengan dialek bahasa masing-masing membuat Utsman berinisiatif meminta Hafshah untuk meminjamkan Mushaf yang dipegangnya agar disalin oleh tim yang telah dibentuk Utsman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H