[caption id="attachment_372126" align="aligncenter" width="533" caption="Peserta Workshop dan Staff Kemenkes berfoto bersama (doc: Eyang Anjari)"][/caption]
Saya mungkin termasuk salah satu Blogger yang beruntung, karena bisa mengikuti Workshop tentang Tuberkulosis (TB) yang disponsori oleh Kementrian Kesehatan dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari tanggal 3 - 5 Maret yang lalu di Bandung. Acara ini memang ditujukan untuk para blogger yang diharapkan bisa menjadi penyambung lidah atau garda terdepan untuk memberikan sosialisi dan edukasi kepada masyarakat luas melalui tulisan-tulisannya.
Kegiatan ini diharapkan akan memberikan multiplier effect dalam proses pemberantasan penyakit TB yang sekarang telah menempatkan Indonesia pada posisi ke 4 pasien terbanyak di dunia. Dengan jumlah kasus TB yang banyak di masyarakat, anak-anak di Indonesia menjadi rentan dan beresiko untuk tertular penyakit TB. Menurut data yang ada, kasus TB anak di Indonesia yang tercatat pada tahun 2013 sudah mencapai 26.020 anak. Diperkirakan masih banyak kasus TB anak yang belum ditemukan dan diobati secara benar.
[caption id="attachment_372148" align="aligncenter" width="512" caption="TB regular vs TB-MDR (doc: materi WS)"]
Itulah sebabnya penyakit TB ini bisa menyerang siapa saja, tua muda, laki-laki, dan perempuan termasuk anak-anak kecil. Memang pasien TB ini bisa disembuhkan dengan cara minum obat secara teratur dan tuntas. Kecuali bagi pasien TB yang tidak diobati secara tuntas, maka akan mengakibatkan pasien tersebut terkena resistan terhadap obat TB, yang dikenal dengan TB - MDR (Multi Drugs Resistant). Apabila hal ini terjadi, maka pengobatan TB akan menjadi lebih berat, karena waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama dibanding pasien yang hanya terkena TB. Bahkan pengobatannyapun tidak cukup dengan obat yang diminum. Harus ditambah dengan suntikan setiap hari selama lebih kurang 2 bulan. Ada lagi pasien dengan HIV yang juga terkena TB, akan lain cara pengobatannya. Namun pada dasarnya penyakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat secara teratur dan tuntas. Sedangkan HIV dapat dikendalikan dengan minum Anti Retro Viral (ARV) secara teratur.
Disisi lain penyakit TB itu bermacam-macam jenisnya, tidak hanya TB paru. Tapi TB bisa menjangkiti semua bagian dari tubuh kita dari kepala sampai kaki. Misalnya ada TB yang menyerang selaput otak, mata, hati, usus, kelenjar getah bening, tulang, kulit dan lainnya. Hanya beberapa bagian saja yang tidak terkena TB, yaitu rambut, kuku dan gigi. Namun yang paling dikenal memang adalah TB paru, karena hanya paru-parulah yang bisa berhubungan langsung ke luar, yaitu dengan menghirup udara melalui proses pernafasan ini.
[caption id="attachment_372129" align="aligncenter" width="527" caption="Para narasumber dan Staff dari Kementrian Kesehatan (doc: Sally O Fauzi)"]
Kembali ke permasalahan diatas, apakah TB itu? TB atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycrobacterium Tuberculosis). Kuman ini bisa menyerang tubuh manusia, terutama paru-paru. Namun TB bukanlah penyakit turunan, bukan pula disebabkan oleh kutukan atau guna-guna. Melainkan kuman ini ditularkan melalui udara, langsung dari pasien TB ke orang yang berada di sekitarnya, melalui droplet (percikan air ludah/ dahak) yang mengandung kuman TB pada saat pasien TB batuk, bersin atau berbicara.
Terus Bagaimana dengan Pencegahannya?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari penyakit TB ini. Pertama, dengan minum obat secara teratur. Setelah 2 minggu minum obat, maka kuman tidak akan menular ke orang lain. Kedua, pasien TB harus menutup mulutnya sewaktu batuk dan bersin. Ketiga, tidak membuang dahak di sembarang tempat, tapi dibuang pada tempat khusus dan tertutup. Keempat, rumah tinggal harus mempunyai ventilasi udara yang baik, agar sirkulasi udara berjalan lancar.
[caption id="attachment_372133" align="aligncenter" width="527" caption="Berbagai brosur yang disediakan oleh Kementrian Kesehatan (doc: Eyang Anjari)"]
Sedangkan cara pengobatan TB adalah:
1. Setelah dinyatakan positi TB, pasien diberi obat yang harus diminum secara teratur sampai tuntas selama 6 (enam) - 8 (delapan) bulan
2. Penyakit TB dapat menyebabkan kematian jika tidak diberi obat.
3. Selama masa pengobatan diperlukan pemeriksaan dahak. Pertama pada tahap awal pengobatan, kemudian 1 bulan sebelum masa pengobatan berakhir dan pada akhir pengobatan
Sekedar tambahan informasi bahwa obat TB ini diberikan secara gratis dan dapat diperoleh di Puskesmas/Rumah Sakit.
Apa yang terjadi jika berhenti minum obat anti TB sebelum waktunya? Yang jelas kuman dalam tubuh menjadi kebal terhadap obat, sehingga pengobatan akan lebih lama dan lebih mahal karena jenis obatnya berbeda. Kuman yang kebal obat dapat ditularkan kepada orang lain di sekitar kita.
Memang obat TB ada efek sampingnya, seperti misalnya: hilangnya nasu makan, mual dan sakit perut. Bisa juga dengan nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar di kaki, warna kemerahan pada urine (air seni).
Namun apabila kita mengimbanginya dengan gaya hidup sehat, maka penyakit TB bisa disembuhkan. Seperti misalnya: makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh; menjemur alas tidur agar tidak lembab; membuka jendela agar rumah mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar; Suntikan BCG untuk anak usia dibawah 5 tahun; berolah-raga teratur dan jangan merokok.
****
[caption id="attachment_372131" align="aligncenter" width="529" caption="dr Prayudi dari RS Hasan Sadikin sedang memberikan presetasinya (doc: Ernawati) "]
Pada hari keduanya, kami diajak mengunjungi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung untuk melihat dari dekat bagaimana pelayanan yang diberikan oleh RSHS kepada masing-masing pasien TB, baik itu pasien TB dengan pelayanan DOTS, pasien yang mempunyai resistant terhadap obat anti TB yang dikenal dengan TB - MDR1 dan TB-MDR2; maupun pasien TB - HIV.
Saya ikut merasakan bagaimana beratnya perjuangan mereka untuk bisa terlepas dari TB ini. Mereka terlihat sabar dan tabah dalam menjalani prosesnya, karena adanya keinginan untuk sehat kembali dan bisa diterima oleh masyarakat.
Begitu juga kami mendapat kunjungan dari para pasien yang telah berhasil menyelesaikan seluruh proses pengobatannya untuk memberikan testimoninya, baik dari pasien TB anak, DOTS, TB - MDR dan TB - HIV serta dari Peer Support Aisyiah (Pendamping). Dalam memberikan testimoninya, banyak diantara kami ikut meneteskan air matanya, karena diantara mereka ada yang dikucilkan dari anggota keluarga besarnya, karena takut ketularan TB. Bahkan ada seorang pasien yang diceraikan oleh suaminya, gegara si istri terkena TB. Ada juga seorang anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya yang terkena TB - HIV dan dia harus menjalani pengobatannya dengan nenek yang mencintainya. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga bagi kami bisa melihatnya secara langsung, bagaimana mereka telah berjuang untuk bisa terlepas dari TB ini.
Pada hari ketiganya, kami mengadakan kunjungan ke Puskesmas Garuda. Kunjungan kami kesana untuk mengetahui bagaimana pelayanan TB diberikan kepada pasien pada tingkat yang lebih rendah, yaitu Puskesmas. Kebetulan Puskesmas Garuda merupakan salah satu Puskesmas yang terbaik dalam memberikan pelayanan TB kepada pasien. Sekitar 2 jam kami berada di Puskesmas ini untuk mendengarkan pemaparan dari para dokter yang berkecimpung dalam menangani pasien TB sekaligus dibuka dengan tanya jawab. Berhubung waktu yang mendesak dan persiapan untuk acara penutupan, maka kami tidak bisa melihat pelayanan kepada pasien secara langsung.
****
Hmmm, terus terang saya merasakan sekali adanya manfaat yang saya peroleh dari workshop ini, karena selama ini saya kurang begitu mengenal tentang penyakit TB ini, selain yang saya tahu adalah TB merupakan penyakit menular. Namun apa dan bagaimana yang harus saya lakukan ketika berhadapan dengan pasien TB ini, saya sendiri kurang begitu tahu. Mungkin saja saya akan menghindar untuk berkomunikasi (sementara), karena ketidaktahuannya. Padahal penyakit TB itu bisa disembuhkan, asalkan diobati secara tuntas.
Sekarang setelah saya mengikuti workshop TB, pengetahuan saya bertambah secara significan. Saya ingin membantu menyebarkanluaskan informasi mengenai TB, terutama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini serta ingin mendorong peningkatan komitmen dari seluruh komponen masyarakat untuk bekerjasama dan saling bahu membahu.
Itulah sebenarnya tujuan diadakannya workshop TB ini, agar jangkauan masyarakat yang bisa teredukasi menjadi semakin luas. Tidak lagi dibatasi oleh daerah atau wilayahi. Akhirnya mari kita bersama-sama melakukan upaya pengendalian TB di Indonesia demi terwujudnya Indonesia bebas TB, aamiin.
[caption id="attachment_372132" align="aligncenter" width="450" caption=" Together We Can Stop TB (doc: obatjantungherbal.net)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H