Saya ikut merasakan bagaimana beratnya perjuangan mereka untuk bisa terlepas dari TB ini. Mereka terlihat sabar dan tabah dalam menjalani prosesnya, karena adanya keinginan untuk sehat kembali dan bisa diterima oleh masyarakat.
Begitu juga kami mendapat kunjungan dari para pasien yang telah berhasil menyelesaikan seluruh proses pengobatannya untuk memberikan testimoninya, baik dari pasien TB anak, DOTS, TB - MDR dan TB - HIV serta dari Peer Support Aisyiah (Pendamping). Dalam memberikan testimoninya, banyak diantara kami ikut meneteskan air matanya, karena diantara mereka ada yang dikucilkan dari anggota keluarga besarnya, karena takut ketularan TB. Bahkan ada seorang pasien yang diceraikan oleh suaminya, gegara si istri terkena TB. Ada juga seorang anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya yang terkena TB - HIV dan dia harus menjalani pengobatannya dengan nenek yang mencintainya. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga bagi kami bisa melihatnya secara langsung, bagaimana mereka telah berjuang untuk bisa terlepas dari TB ini.
Pada hari ketiganya, kami mengadakan kunjungan ke Puskesmas Garuda. Kunjungan kami kesana untuk mengetahui bagaimana pelayanan TB diberikan kepada pasien pada tingkat yang lebih rendah, yaitu Puskesmas. Kebetulan Puskesmas Garuda merupakan salah satu Puskesmas yang terbaik dalam memberikan pelayanan TB kepada pasien. Sekitar 2 jam kami berada di Puskesmas ini untuk mendengarkan pemaparan dari para dokter yang berkecimpung dalam menangani pasien TB sekaligus dibuka dengan tanya jawab. Berhubung waktu yang mendesak dan persiapan untuk acara penutupan, maka kami tidak bisa melihat pelayanan kepada pasien secara langsung.
****
Hmmm, terus terang saya merasakan sekali adanya manfaat yang saya peroleh dari workshop ini, karena selama ini saya kurang begitu mengenal tentang penyakit TB ini, selain yang saya tahu adalah TB merupakan penyakit menular. Namun apa dan bagaimana yang harus saya lakukan ketika berhadapan dengan pasien TB ini, saya sendiri kurang begitu tahu. Mungkin saja saya akan menghindar untuk berkomunikasi (sementara), karena ketidaktahuannya. Padahal penyakit TB itu bisa disembuhkan, asalkan diobati secara tuntas.
Sekarang setelah saya mengikuti workshop TB, pengetahuan saya bertambah secara significan. Saya ingin membantu menyebarkanluaskan informasi mengenai TB, terutama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini serta ingin mendorong peningkatan komitmen dari seluruh komponen masyarakat untuk bekerjasama dan saling bahu membahu.
Itulah sebenarnya tujuan diadakannya workshop TB ini, agar jangkauan masyarakat yang bisa teredukasi menjadi semakin luas. Tidak lagi dibatasi oleh daerah atau wilayahi. Akhirnya mari kita bersama-sama melakukan upaya pengendalian TB di Indonesia demi terwujudnya Indonesia bebas TB, aamiin.
[caption id="attachment_372132" align="aligncenter" width="450" caption=" Together We Can Stop TB (doc: obatjantungherbal.net)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H