3. Mengapa Harus ada Pengorbanan
Dalam jiwa kita mungkin tersimpan satu pertanyaan: "Mengapa sungai sejarah kemanusiaan selalu harus dialiri oleh darah dan air mata? Mengapa kita harus selalu berkorban? Tidak bisakah Allah menjadikan hidup ini tenang, dimana manusia hanya menyembah-Nya, dimana manusia hanya punya satu agama, dimana manusia tidak berbeda dalam pikiran , jiawa dan watak, dimana dunia ini menjelma taman kehidupan yang indah?"
Allah mengetahui dengan baik bahwa setiap manusia menyimpan pertanyaan itu dalam batinnya. Sama seperti Allah juga mengetahui bahwa Ia bisa melakukan semua itu; Ia bisa membuat manusia hidup (damai dengan hanya satu agama, Tanpa pertentangan diantara mereka, tanpa konflik, tanpa darah dan air mata, dimana hanya ada kegembiraan, dimana hanya ada cinta, dimana hanya ada lagu-lagu kehidupan yang indah. Maka dengarlah Allah berfirman:
"Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kami dijadikan-Nya satu umat (saja) ... QS: 5 ayat 48
Begitulah akhirnya Allah mempertemukan kita dengan hakekat ini, yaitu hakekat bahwa hidup sepenuhnya hanyalah ujian semata dari Allah, dan bahwa ada satu kata kunci dalam setiap ujian; duri-duri di sepanjang jalan kehidupan ini harus dilalui dengan penuh pertanggung jawaban. Simak firman Allah QS 67: ayat 2:
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa yang diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
Tapi masih ada satu hakekat lain lagi yang membuat ujian kehidupan menjadi semakin berat dan rumit. Hakekat itu adalah Allah ternyata tidak menurunkan Adam dan Hawa sendiri ke bumi. Allah menurunkan mereka berdua bersama Iblis yang akan menyesatkan Adam beserta segenap anak cucunya hingga hari kiamat dari jalan kebenaran. Selain iblis yang berada di luar diri kita, di dalam diri kita sendiri juga terdapat unsur setan yang menjadi pusat pendorong kepada perbuatan jahat. Maka hakekat ini telah menjadikan panorama kehidupan kita akan senantiasa dipenuhi konflik antara kebaikan dan kejahatan, antara kebenaran dan kebatilan, antara tentara Iblis dan tentara Allah.
Disini tidak ada pilihan untuk tidak memihak. Dan karenanya setiap orang pasti harus berkorban, sebab setiap orang pasti terlibat dalam pertarunggan abadi ini. Kalau seseorang tidak berada dalam kubu kebenaran, pastilah dia berada dalam kubu kebatilan. Dan sayangnya tidak ada kubu pertengahan.
Demikianlah kedua hakekat tersebut menjadikan pengorbanan sebagai keniscayaan hidup. Dan hanya ada satu hal yang kelak akan memutus siklus pengorbanan yang begitu melelahkan manusia ini, yaitu kematian. Ya, hanya kematianlah yang akan membebaskan kita dan pengorbanan.
Oleh karena itu, kalau pengorbanan telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka begitulah pengorbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Demikian juga pengorbanan menjadi harga mati bagi iman dan bagi kemenangan, dimana geliat iman hanya akan terlihat sebanyak apa yang kita korbankan, pada sebanyak apa yang kita beri dan sebanyak kita lelah, menangis dan puncak dari segalanya adalah saat dimana kita menyerahkan harta dan jiwa kita sebagai persembahan total kepada Allah swt. Jadi setiap mimpi kemenangan dan kejayaan tidak bisa lepas dari suatu kisah perjalanan yang panjang atas pengorbanan.
Maka bertanyalah kepada diri sendiri, sudah berapa banyak yang kita berikan?, sudah berapa banyak kita meneteskan air mata? , sudah berapa banyak kita lelah dan sudah berapa banyak dan sudah berapa? Sebab Allah hendak memenangkan agamanya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal.