Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengorbanan, Jalan Menuju Kejayaan

7 Oktober 2014   22:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:00 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, pagi ini kita semua berkumpul untuk memperingati satu diantara sekian banyak hari-hari Allah. Hari-hari dimana kelak akan menjadi saksi tentang jiwa-jiwa suci yang telah berjuang menggapai ketinggian; tentang jiwa-jiwa yang telah memberikan kematian untuk mendapatkan kehidupan. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa mengingat hari-hari Nya, agar dengan begitu kita senantiasa menemukan godaan luar biasa untuk berjalan dan mendaki langit ketinggian.

Dan hari yang kita peringati ini adalah hari ketika seorang manusia besar, seorang nabi Allah, Ibrahim as, sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian; menjalani detik-detik paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as.

Dengarlah dialog antara kedua anak manusia itu pada jejak-jejak terakhir menjelaskan mereka tiba pada kesepakatan besar itu, seperti tertulis dalam QS: 37: 102, yang artinya:

Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia (Ismail as) menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

Itulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah manusia. Dan itulah hari-hari Allah.

2. Beginilah Sungai Sejarah Mengalir

Begitulah kisah pengorbanan itu mengalir dalam sungai sejarah kemanusiaan. Sebab dalam sungai sejarah itu selalu hanya ada darah dan air mata. Tapi hanya itulah yang dapat mengatur setiap pribadi menuju muara kebesaran dan kejayaannya. Dengan demikian, pengorbanan akhirnya menjadi kisah panjang yang mengalir deras dalam sungai sejarah kemanusiaan.

Berikut berbagai contoh pengorbanan dari para nabi, rasul dan orang-orang terdahulu. Lihatlah bagaimana putera Adam, Habil mempersembahkan hewan terbaik yang ia miliki sebagai persembahan kepada Allah untuk membuktikan kedalaman takwanya. Hal ini sesuai dengan QS Al Maidah ayat 27 yang artinya:

" ...... ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka  berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil)

Begitu juga kisah betapa mirisnya perasaan ibunda nabi Musa saat ia memutuskan untuk melepaskan bayi laki-lakinya terapung di atas sungai. Nabi Yusuf yang harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu dalam penjara yang begitu melelahkan. Serta bagaimana nabi Nuh dengan mengorbankan 950 tahun dan masa hidupnya untuk dakwah dan akhirnya hanya mendapat dua belas (12) pasang pengikut. Belum lagi bagaimana nabi Musa as dan Harus as harus melewati jalan terjal untuk menyampaikan dakwah dan harus menghadapi seorang thagut besar yang mengklaim diri jadi Tuhan yaitu Fir'aun?

Lihat juga bagaimana Ashabul Kahfi harus mengorbankan masa muda mereka dan meninggalkan kota mereka untuk memertahankan agama mereka dan meminta kenyataan bahwa mereka harus hidup dalam gua. Serta bagaimana nabi kita, Muhammad saw harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Begitu juga dengan sahabat-sahabat beliau dan kaum Muhajirin harus meninggalkan tanah asalnya, anak istrinya serta semua harta benda mereka demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama mereka? dan tidak lupa pula bagaimana orang-orang Anshar di Madinah yang notabene miskin harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa apa-apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun