2. Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning, IBL)
Guru mendorong siswa untuk aktif bertanya, meneliti, dan menemukan jawaban sendiri melalui eksperimen atau riset. Contoh, dalam mata pelajaran sejarah, siswa diminta untuk meneliti latar belakang suatu peristiwa sejarah dan mempresentasikan temuan mereka.
3. Studi Kasus (Case Study Learning)
Siswa mempelajari kasus nyata dan mencari solusi berdasarkan konsep yang mereka pelajari. Contohnya dalam mata pelajaran ekonomi, siswa dianalisis dampak inflasi terhadap harga barang kebutuhan pokok.
4. Simulasi Kehidupan Nyata
Siswa berpartisipasi dalam simulasi atau permainan peran untuk memahami suatu konsep lebih mendalam. Contohnya dalam mata pelajaran bahasa, siswa bermain peran sebagai jurnalis yang mewawancarai tokoh sejarah.
5. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning, PBL)
Siswa diberikan permasalahan kompleks yang harus mereka pecahkan menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Contoh, dalam mata pelajaran matematika, siswa mencari berbagai cara untuk menghitung luas bangunan tidak beraturan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menegaskan bahwa deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan dalam proses belajar-mengajar.
"Pendekatan deep learning bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna dan mendalam, bukan mengganti kurikulum yang sudah ada."
Beliau juga menekankan bahwa perubahan ini bertujuan untuk menyesuaikan sistem pendidikan dengan tuntutan zaman, di mana siswa perlu memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan adaptif dalam menghadapi tantangan global.