Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Topeng

4 Januari 2025   07:47 Diperbarui: 4 Januari 2025   07:47 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Puncaknya terjadi di sore itu. Sepulang kelas, Sofie dan gengnya yang marah karena kejadian tadi menyeret Ema ke ruangan kosong di gedung belakang kampus.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" teriak Ema, berusaha melawan.

Namun, mereka terlalu kuat. Sofie mendorong Ema masuk ke ruangan itu dengan kasar, membuatnya terjatuh.

"Kamu merasa menang kan hari ini? Kamu itu sering mendekati pak Brian, kamu suka? Ngaca dong! Dia itu punyaku! cerita apa aja ke dia? Awas ya kalau kamu jelek-jelekin aku. Dan untuk hari ini, ini hukumanmu, Ema. Tinggallah semalam di tempat yang pas untuk parasit sepertimu," ujar Sofie sambil tertawa.

Salah satu temannya mengeluarkan kunci dan mengunci pintu dari luar. "Selamat menikmati malam yang panjang, Ema!" serunya diikuti derai tawa mereka yang menjauh.

Ema mencoba membuka pintu, tapi sia-sia. Ruangan itu gelap, dingin, dan berdebu. Ia merosot di lantai, tubuhnya gemetar.

"Kenapa aku harus hidup seperti ini?" bisiknya, air mata mengalir deras. Ia memeluk lututnya erat-erat, mencoba menahan rasa takut dan dingin yang merayap.

Perutnya keroncongan, tubuhnya lelah, dan hatinya hancur. Ia hanya bisa menangis dalam kesunyian, berharap ada yang mendengar jeritannya. Tapi tak ada. Tak lama ia tertidur memeluk tas ranselnya, air mata masih terlihat di pipinya.

Di titik terendah dalam hidupnya, entah mimpi atau nyata, sebuah suara lembut memecah keheningan.

"Nak, kau baik-baik saja?"

Ema mendongak dengan terkejut. Di hadapannya berdiri seorang nenek tua dengan wajah penuh kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun