Namun, bukan hanya suara indahnya yang mengejutkan Bima. Seiring waktu, Lembayung juga menunjukkan kemampuan lain yang tak kalah menakjubkan. Meskipun tidak memiliki tangan, ia mampu menggambar dengan kakinya. Setiap kali Bima memberikan selembar kertas dan pensil yang ia letakkan di antara jari-jari kakinya, Lembayung mulai menggambar garis-garis sederhana. Meskipun tampak biasa bagi orang lain, gambar-gambar itu memiliki keindahan dan makna mendalam yang hanya bisa dipahami oleh orang yang melihat dengan hati.
"Ini gambar apa, Nak?" tanya Bima suatu hari, menatap coretan di kertas.
"Ini rumah kita, Baba. Dan ini aku, Baba, dan... Ibu," jawab Lembayung dengan polos, menunjuk satu persatu gambar kecil di kertas itu dengan jari kakinya. Mendengar jawaban Lembayung, Bima terdiam. Lembayung, yang sejak bayi ditinggalkan begitu saja tetap merindukan kehadirannya.
Gambar-gambar yang dibuat oleh Lembayung menjadi cerminan dari dunia kecilnya yang penuh imajinasi. Meskipun fisiknya terbatas, pikirannya bebas dan kaya akan kreativitas. Bima menyadari bahwa inilah cara Lembayung mengekspresikan dirinya, melalui gambar-gambar sederhana yang penuh arti. Di balik setiap garis, ada cerita, ada perasaan yang hanya Lembayung yang tahu.
Bima semakin yakin bahwa Allah menitipkan berbagai keistimewaan di balik hambatan yang dimiliki Lembayung. Keterbatasan fisik tidak mengurangi kecerdasannya, dan bakat-bakat yang mulai muncul adalah bukti bahwa Lembayung memiliki potensi luar biasa.
***
Di ulang tahunnya yang kelima, Lembayung duduk di pangkuan Bima setelah acara sederhana yang mereka rayakan di rumah. Hanya Bima, beberapa tetangga, dan Lembayung. Meski begitu, senyum di wajah Lembayung sudah cukup membuat Bima bahagia. Namun, setelah semua orang pulang, Lembayung menatap ayahnya dengan mata yang penuh rasa penasaran.
"Baba... katanya Lembayung boleh minta apa saja hari ini?" tanya lembayung sambil mencium pipi ayahnya penuh kasih sayang.
"Benar nak, kamu mau apa? Malam ini kita beli ya?" Jawab Bima sambil menatap dan mencubit gemas pipi Lembayung yang kemerahan. "Lembayung mau apa? Coba bilang, atau bisikkan ke baba, ayo!" Lanjut Bima mendekat kan telinganya.
"Hmmmm.. Ibu, lembayung mau ibu Baba" jawab lembayung dengan suara lembut, membuat Bima terkejut. "Ibu dimana Baba?" lanjutnya.
"Ibu?" Bima terdiam sejenak, mencoba mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan putrinya.