Keesokan harinya saya mengutarakan kegundahan hati saya pada seorang teman yang sudah saya kenal setelah beberapa bulan tinggal di desa trasmigrasi tersebut.
Saya bercerita panjang lebar bahkan mengutarakan ingin kembali pulang ke rumah, namun saat itulah beliau bertanya kepada saya terkait lamaran pekerjaan yang saya edarkan.
"Sudah bawa lamaran kemana saja?" tanya beliau.
Saya jawab "di SMP dan SMA dekat desa trasmigrasi ini",
kemudian beliau menanyakan kepada saya "apakah sudah melamar di SMA Muhammadiyah?".
Sepotan saya jawab "belum".
"Coba melamar kesitu" teman saya memotivasi.
Akhirnya pada malamnya saya kembali menelfon ibu dan meminta restu dari ibu untuk mencoba melamar di SMA Muhammadiyah tersebut.
Saat saya telfon, ibu hanya berkata "nyoba wae le, isok-isok pas koe ngelamar, engko bue tak sholat dhuha, dongake koe men lek cepet oleh gawe sing mbok karep-karepke".
"Amin, matursuwun yo buk" jawabku.
***