Kala itu calon istri saya memang masih harus menyelesaikan kuliahnya dan sudah memasuki semester akhir sehingga saya yang harus berangkat duluan ke rumahnya.
Ketika sudah sampai beliau menyambut saya dengan hangat, saya masih ingat ada bakwan, telo goreng dan teh hangat.
Sambil berbincang ringan beliau menanyakan tentang perjalanan yang baru saya lalui.Â
"gimana perjalananya, senang apa tidak?" Beliau bertanya.Â
"alhamdulilah senang", jawabku singkat.
"Orangtua sudah mengizinkan?" lanjut beliau,
"alhamdulilah sudah", kembali ku jawab sambil malu-malu.
"Jika begitu insyallah sudah aman, karena yang paling penting itu doa orangtua setelah itu niat kita masing-masing" lanjut beliau bertutur.
Setelah obrolan singkat itu beliau mengantarkan saya ke kamar untuk beristirahat dan saya hanya bisa berucap terimakasih dan terimakasih.
Menjelang akan istirahat, saya sempatkan kembali mnelpon ibu untuk mengabari kondisi saya ketika sudah sampai ditempat tujuan.
Ibu bertanaya, "wes tekan le, wes mangan urong? ati-ati lan sabar terus sing ramah ojo grusa-grusu" ibu kembali mengingatkan saya untuk sabar dan berhati-hati serta tidak mudah mengambil keputusan tanpa ada pikiran yang dalam.