Dengan adanya gentrifikasi yang masuk ke desa saya, secara otomatis mengubah struktur masyarakat yang tadinya homogen menjadi heterogen.
Fenomena itu kemudian mendorong terjadinya perubahan sosial budaya karena masyarakat harus menerima pemikiran, budaya, bahasa, gaya hidup, atau keyakinan yang berbeda dari pelaku gentrifikasi dalam tatanan masyarakat yang telah mapan dan tetap.
Bahkan tak jarang rumah-rumah besar itu dipagar dengan pagar tinggi yang sangat jauh dengan sosial masyarakat desa yang kadang tak dipagar atau dipagar sewajarnya, secara perlahan dapat membuat jurang sosial antar warga.
4. Usaha rumahan Masyarakat Perlahan Tergusur
Ketika saya pulang, sawah-sawah tidak hanya ditanami rumah namun juga toko-toko besar yang menjalankan usaha seperti usaha yang dilakukan masyarakat di desa saya.
Bedanya, toko-toko besar tersebut memiliki kapasitas barang yang lebih besar dan murah, akibatnya usaha rumahan atau warung-warung (toko) masyarakat yang dulunya laris manis sekarang banyak yang gulung tikar.
5. Rusaknya Lingkungan Alam Desa
Pembangunan yang pesat dalam hal industri rumahan dan toko-toko atau pembangunan perumahan membuat perlahan namun pasti alam lingkungan desa tempat saya lahir menjadi rusak.
Itu terbukti ketika sungai di desa kami tercemar limbah buangan industri rumahan tahu-tempe yang mengakibatkan rusaknya lingkungan sungai.
6. Rawan Terjadi Konflik Sosial
Masih ingat kejadian penutupan akses rumah warga atau isolasi rumah warga akibat adanya pembangunan hotel di salah satu pinggiran kota di Indonesia, yang kemudian menjadi konflik sosial.