Saat pulang kampung pada lebaran kemarin saya sungguh terkaget-kaget dengan apa yang terjadi pada kondisi desa tempat saya lahir.
Sawah yang dulu saya ingat sebagai tempat bermain dan berekreasi dengan teman-teman telah berubah drastis.
Kebanyakan sawah atau lahan tidak lagi ditanamai padi atau palawija, melainkan dibangun rumah dan toko-toko besar yang orang-orangnya sama sekali tidak saya kenal.
Bahkan salah satu pekarangan warga yang dulu menjadi tempat bermain bola dan mencari buah melinjo, kini telah ditembok setinggi hampir empat meter.
Karena alih kepemilikian dari pemilik sebelumnya ke pemilik baru yang berasal dari daerah kota atau pinggiran kota.
Saat itulah saya merasa desa saya yang tadinya sangat luas menjadi sempit akibat banyaknya pembangunan yang terjadi.
Ternyata hal itu dilakukan oleh penduduk kota yang rumahnya terkena gusuran pembuatan jalan tol atau orang kota yang menanamkan investasinya di desa kami.
Satu hal yang membuat saya agak tercengang, sungai yang dulunya bersih sekarang terdampak limbah olahan tahu-tempe yang mengalihfungsikan rumah warga menjadi industri rumahan.
Namun apadaya, itulah ekspansi orang-orang kota dan bermodal ke desa kami, yang atas alasan ini itu, membuat masyarakat menjual lahan, rumah atau sawahnya untuk beralih kepemilikian.
Hal itulah yang kemudian menjadikan perubahan kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di desa kami tinggal.
Fenomena ekspansi orang kota pindah ke desa itulah yang kemudian saya pahami sebagai gentrifikasi pedesaan.
Sepanjang yang saya amati di desa tempat saya lahir, dampak positif dan negatif gentrifikasi pedesaan adalah sebagai berikut.
Dampak negatif:
1. Berkurangnya Lahan Pertanian
Saya mengamati dengan adanya gentrifikasi lahan pertanian di desa saya sudah berganti dengan rumah, perumahan yang dikembangkan oleh pengembang, toko-toko besar dan industri rumahan.
Hal itu terjadi karena lahan pertanian dibeli oleh orang-orang kota atau elit kota yang kemudian dialih fungsi menjadi bentuk-bentuk yang telah saya sebutkan di atas.
2. Menyusutnya Generasi PetaniÂ
Desa yang identik dengan mata pencarian petani dan berladang, akibat adanya fenomena gentrifikasi telah bergeser menjadi pekerja atau buruh pabrik.
Hal itu karena selain semakin sempitnya lahan pertanian juga banyaknya berdirinya pabrik-pabrik di dekat desa saya.
Maka dari itu kemudian mendorong masyarakat di desa saya, utamanya muda-mudi tidak tertarik untuk mengelola lahan pertanian dan lebih memilih menjadi buruh pabrik karena penghasilannya yang pasti.
3. Masyarakat Desa yang Homogen Menjadi Heterogen
Dengan adanya gentrifikasi yang masuk ke desa saya, secara otomatis mengubah struktur masyarakat yang tadinya homogen menjadi heterogen.
Fenomena itu kemudian mendorong terjadinya perubahan sosial budaya karena masyarakat harus menerima pemikiran, budaya, bahasa, gaya hidup, atau keyakinan yang berbeda dari pelaku gentrifikasi dalam tatanan masyarakat yang telah mapan dan tetap.
Bahkan tak jarang rumah-rumah besar itu dipagar dengan pagar tinggi yang sangat jauh dengan sosial masyarakat desa yang kadang tak dipagar atau dipagar sewajarnya, secara perlahan dapat membuat jurang sosial antar warga.
4. Usaha rumahan Masyarakat Perlahan Tergusur
Ketika saya pulang, sawah-sawah tidak hanya ditanami rumah namun juga toko-toko besar yang menjalankan usaha seperti usaha yang dilakukan masyarakat di desa saya.
Bedanya, toko-toko besar tersebut memiliki kapasitas barang yang lebih besar dan murah, akibatnya usaha rumahan atau warung-warung (toko) masyarakat yang dulunya laris manis sekarang banyak yang gulung tikar.
5. Rusaknya Lingkungan Alam Desa
Pembangunan yang pesat dalam hal industri rumahan dan toko-toko atau pembangunan perumahan membuat perlahan namun pasti alam lingkungan desa tempat saya lahir menjadi rusak.
Itu terbukti ketika sungai di desa kami tercemar limbah buangan industri rumahan tahu-tempe yang mengakibatkan rusaknya lingkungan sungai.
6. Rawan Terjadi Konflik Sosial
Masih ingat kejadian penutupan akses rumah warga atau isolasi rumah warga akibat adanya pembangunan hotel di salah satu pinggiran kota di Indonesia, yang kemudian menjadi konflik sosial.
Bayang-bayang itu juga bisa terjadi di daerah pedesaan yang terkena gentrifikasi, dimana atas dalih pembangunan bisa mengakibatkan terjadi konflik sosial di desa.
Dampak Positif:
1. Harga Lahan Melambung Tinggi
Gentrifikasi selain memiliki dampak negatif juga memiliki dampak positif dimana lahan di desa menjadi mahal atau melambung.
Hal itu disebabkan karena adanya permintaan warga pendatang (kota) saat membeli lahan di desa sehingga bisa mengerek harga lahan di desa ke level sangat tinggi.
Bahkan ukuran 10 x 10 m di desa saya saja sudah menyentuh harga 150 juta, yang mana berarti permeternya bernilai Rp1.500.000.
2. Masuknya Teknologi Ke Desa
Saat ekspansi orang kota ke desa biasanya juga akan membawa dampak berkembangnya teknologi ke desa.
Masuknya teknologi tersebut bila bisa dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat desa dapat menjadi jalan dalam meningkatkan produktivitas masyrakat menjadi lebih baik.
3. Peningkatan InfrastrukturÂ
Kegiatan gentrifikasi selain memiliki dampak terkait melambungnya harga lahan di desa juga berkaitan erat dengan peningkatan infstruktur di desa.
Hal itu terlihat dengan adanya munculnya sekolah-sekolah swasta baru, perbaikan jalan, layanan kesehatan seperti rumah sakit di desa saya.
Yang mana bila hal itu dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat desa dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.
5. Pekerjaan Yang Heterogen
Pekerjaan yang heterogen dapat diartikan sebagai kesempatan usaha yang lebih banyak tidak hanya menjadi petani atau peladang, namun juga bisa masuk pada sektor-sektor lain seperti membuka usaha laundry, membuat warung makan atau membuka kos-kosan.
Selain itu juga bisa menjadi pekerja atau buruh pabrik atau industri rumahan yang ada di desa sehingga dengan adanya heterogennya pilihan pekerjaan bisa mejadi peluang peningkatan ekonomi masyarakat desa.
6. Munculnya Objek Wisata Baru
Gentrifikasi selain dapat mengubah tatanan sosial, ekonomi dan budaya juga memunculkan pengelolaan objek wisata baru di desa.
Seperti di desa saat ini ada namanya objek wisata Dewa Mas yang menyuguhkan wisata air dan anaka-anak.
Dari kegiatan wisata tersebut, kemudian dapat menjadi salah satu jalan menggiatkan produk UMKM di desa saya seperti keripik kangkung atau tour guide dengan wisata alam desa.
Gentrifikasi adalah suatu fenomena yang cepat atau lambat harus diterima oleh masyarakat desa dengan segala dampaknya.
Oleh karena itu kita (masyarakat desa) harus bersiap dan mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut serta harus meningkatkan keterampialn baru.
Salam Gentrifikasi.
Bangka Selatan, 18 September 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H