Namun Pak Dedy tak pernah patah semangat apalagi mengeluh, yang saya lihat hanya senyum rekah bahagia setiap sampai di sekolah yang seolah mengisaratkan penat selama perjalanan yang dilaluinya seperti tak pernah dilalui.
Bahkan ketika telah sampai di pelabuhan, Pak Dedy harus kembali menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit untuk sampai di sekolah tempatnya mengabdi, namun Pak Dedy selalu melakukanya dan kembali melakukanya.
Pak Dedy bahkan sangat jarang absen untuk masuk ke sekolah, kecuali jika badannya sakit atau ada keluarga yang sakit atau ketika akan mengantar anaknya dalam kaitan pendidikan.
Selain hal-hal itu tak ada alasan untuk tidak berangkat ke sekolah, bahkan saya sempat membersamai Pak Dedy ketika hujan sangat deras hanya untuk sampai ke sekolah tempatnya mengabdi.
Sungguh Pak Dedy adalah panutan dalam pengabdian, dedikasi dan cinta terhadap keluarga.
Saya pernah bertanya kepada Pak Dedy "apa yang melatarbelakangi sehingga mampu melakukan semua hal itu menjadi sangat ringan".
Pak Dedy menjawab "keluarga dan pengabdian terhadap pekerjaan yang saya pilih serta untuk siswa-siswi yang menunggu saya di kelas".
Saya hanya termenung dan mengatakan "luarbiasa, luarbiasa, luarbiasa".
Bangka Selatan, 3 Agustus 2023
Merdeka!!!