Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengabdian: Seorang Guru yang Menantang Ombak Hanya untuk Mengajar

3 Agustus 2023   22:53 Diperbarui: 8 Agustus 2023   06:22 2134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal "Lidah Api" Yang Harus Didorong Karena Laut Sedang Surut/Foto:Dedy Herinatal

Perawakanya tinggi, wajahnya putih, senyumnya selalu merekah ketika bertutur dan usianya sudah memasuki kepala empat.

Dia adalah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah menengah pertama di Kabupaten Bangka Selatan, tepatnya di SMP Negeri 2 Lepar.

Namanya Dedy Herinatal seorang berdarah Batak dengan Marga Gultom yang mengabdikan dirinya hanya untuk mengajar di sekolah tersebut.

Saya bilang mengabdikan dirinya, karena memang sekolah itu tidak mudah untuk ditempuh dan diakses, harus menggunakan jalur darat dan laut.

Pertemuan dirinya dengan sekolah tersebut terjadi pada tahun 2021 ketika beliau diterima sebagai ASN PPPK.

Bermula dari situlah saya mengenal Pak Dedy dan sering berinteraksi dengannya karena kami dalam satu naungan sekolah yang sama.

Bedanya, Pak Dedy adalah guru Bahasa Inggris sedangkan saya guru IPS. 

Selama mengenal Pak Dedy, saya tidak pernah melihat cacat darinya, Pak Dedy adalah orang yang enerjik, selalu berfikir positif, tidak mau mencampuri urusan orang lain dan sangat berdedikasi terhadap pekerjaan.

Beda dengan saya yang menginap di sekolah dan pulang setiap empat atau lima hari sekali, Pak Dedy tidak melakukanya.

Pak Dedy setiap hari menempuh perjalanan darat dan laut hanya untuk mengajar.

Pilihan itu dibuat karena berbagai hal, selain karena faktor keluarga juga karena faktor putranya yang masih kecil sehingga beliau tak ingin melewatkan masa-masa emas bersamanya.

Pilihan yang saya bilang sangat syarat dengan pengabdian dan perlu saya contoh sebagai teladan.

Setiap hari Pak Dedy berangkat dari rumahnya ketika matahari baru akan menampakan dirinya di peraduan, kadang lebih pagi ketika hari senin karena agar tak terlewat untuk mengikuti upacara bendera.

Dengan motornya, beliau menyusuri setiap tikungan, tanjakan, track lurus serta desa demi desa untuk sampai pada titik awal penyebrangan.

Kira-kira hampir memakan waktu 45 menit agar bisa sampai pada titik pertama penyebrangan.

Yang setelahnya dilanjutkan dengan menggunakan kapal "lidah api" atau speed boat untuk menuju pulau tempat sekolah itu berada.

Perjalanan diatas laut dan menantang ombak itu dilakukan 10-20 menit tergantung pada cuaca, medan ombak dan ketenangan sang laut.

Bahkan ketika laut surut, kadangkala kapal "lidah api" atau speed boat yang ditumpanginya harus didorong dari titik terjauh surutnya air laut hingga ke pelabuhan.

Beliau pernah bertutur, "titik terjauh yang pernah Pak Dedy alami ketika mendorong kapal "lidah api" atau speed boat sampai ke pelabuhan adalah 1 km".

Kondisi Laut Ketika Surut dan Terpaksa Harus Mendorong Kapal
Kondisi Laut Ketika Surut dan Terpaksa Harus Mendorong Kapal "Lidah Api"/Foto: Dedy Herinatal

Perjuangan yang syarat dengan pengabdian bila dibandingkan dengan gaji, fasilitas atau jam ketika mengajar di sekolah yang hanya sampai jam 14.00 WIB.

Namun Pak Dedy tak pernah patah semangat apalagi mengeluh, yang saya lihat hanya senyum rekah bahagia setiap sampai di sekolah yang seolah mengisaratkan penat selama perjalanan yang dilaluinya seperti tak pernah dilalui.

Bahkan ketika telah sampai di pelabuhan, Pak Dedy harus kembali menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit untuk sampai di sekolah tempatnya mengabdi, namun Pak Dedy selalu melakukanya dan kembali melakukanya.

Pak Dedy bahkan sangat jarang absen untuk masuk ke sekolah, kecuali jika badannya sakit atau ada keluarga yang sakit atau ketika akan mengantar anaknya dalam kaitan pendidikan.

Selain hal-hal itu tak ada alasan untuk tidak berangkat ke sekolah, bahkan saya sempat membersamai Pak Dedy ketika hujan sangat deras hanya untuk sampai ke sekolah tempatnya mengabdi.

Dedy Herinatal Ketika Akan Menyebrang Menuju Sekolah/Foto: Agustian Deny Ardiansyah
Dedy Herinatal Ketika Akan Menyebrang Menuju Sekolah/Foto: Agustian Deny Ardiansyah

Sungguh Pak Dedy adalah panutan dalam pengabdian, dedikasi dan cinta terhadap keluarga.

Saya pernah bertanya kepada Pak Dedy "apa yang melatarbelakangi sehingga mampu melakukan semua hal itu menjadi sangat ringan".

Pak Dedy menjawab "keluarga dan pengabdian terhadap pekerjaan yang saya pilih serta untuk siswa-siswi yang menunggu saya di kelas".

Saya hanya termenung dan mengatakan "luarbiasa, luarbiasa, luarbiasa".

Bangka Selatan, 3 Agustus 2023

Merdeka!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun