Mohon tunggu...
Agustian Deny Ardiansyah
Agustian Deny Ardiansyah Mohon Tunggu... Guru - Guru yang tinggal di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Setiap tulisan yang saya tulis dan memiliki nilai manfaat pada blog kompasiana ini, pahalanya saya berikan kepada Alm. Ayah saya (Bapak Salamun)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru dan Buku, Persahabatan yang Harus Terus Dirawat dan Dipupuk, Kenapa?

1 Agustus 2023   22:12 Diperbarui: 2 Agustus 2023   17:45 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang Membaca Buku. (Dok Pixabay)

Tulisan itu mampu membuat pemerintah kolonial pada saat itu murka dan akhirnya membuat beliau diasingkan.

Setelah kembali dari pengasingan, kemudian Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan nasional taman siswa yang memberikan hak yang sama bagi kaum pribumi untuk mengakses pendidikan.

Maka sebagai seorang guru Indonesia sudah sepantasnya selain kita mengenal nama beliau.

Kita juga harus meneladani sikap beliau yang rajin membaca, menulis, dan berani untuk mengaktualisasi pemikirannya dalam rangka menjawab persoalan bangsa.

Dalam kata lain guru Indonesia harus rakus membaca yang kemudian dinarasikan dalam bentuk tulis dan diaktualisasi dalam tindakan.

Kenapa membaca? Membaca adalah fondasi terpenting dari pendidikan.

Karena dengan membaca kita mendapat wawasan dan ide baru yang mampu menggerakkan diri kita untuk melakukan suatu perubahan dalam tindakan kita sebagai guru.

Bahkan jika ditelisik lebih jauh, pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek telah memiliki kebijakan untuk menciptakan budaya membaca.

Seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS), mendirikan perpustakaan baik di sekolah atau desa, mendorong adanya buku bacaan bermutu bagi literasi Indonesia berkualitas atau gratis ongkir pengiriman buku setiap tanggal 17 lewat PT Pos.

Akan tetapi kebijakan tersebut seolah mengalami "kemandekan" bahkan di sekolah-sekolah mengartikan literasi hanya dengan menerbitkan buku atau menghasilkan karya tulis.

Mungkin juga "kemandekan" itu terjadi karena guru yang tidak bisa menjadi role model dalam kegiatan literasi di sekolah sehingga eksplorasi literasi menjadi terhenti dan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun