Sebab sebelumnya, selama menjadi tukang parkir sejak 2013, Pak Andi biasanya akan langsung mendapatkan bayaran dari hasil pekerjaannya di hari itu juga. Tapi jika nanti sistem ini diterapkan, ia masih bingung bagaimana nanti Pak Andi mendapatkan penghasilan.
“QRIS ini kan masuknya langsung ke ATM Pemkot Bandung yah, sementara aturannya sama tukang parkir belum dikasih tahu mekanismenya bagaimana. Yang penting harus memenuhi target setoran saja. Andai semuanya QRIS, kita kan butuh buat akomodasi sehari-hari kayak makan, buat bensin perjalanan. Terus kalau kita pakai uang sendiri, jelas berat banget,’’ katanya.
Merujuk data BLUD Parkir Kota Bandung, total pendapatan parkir "on the street" pada periode tahun 2023 mencapai Rp11.104.577.825. Adapun tren pendapatan dari sektor parkir terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021 pendapatan parkir mencapai Rp6,5 miliar. Sedangkan pada tahun 2022 mencapai Rp9 miliar.
Pak Andi kembali menyinggung bahwa uji coba bayar parkir via QRIS takkan bisa optimal meskipun saat ini statusnya masih bersifat sementara. Ia juga berpikir bahwa masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata pekerjaan ini.
Diharapkan, dengan masih lebih banyak komentar negatif terhadap adanya inovasi pembayaran menggunakan QRIS ini, pemerintah kota khusunya Dishub bisa mengkaji ulang dan mempertimbangkan dari segi pendapat tukang parkir dan warga masyarakat yang nantinya akan menggunakan inovasi tersebut lebih banyak lagi di wilayah Bandung pada saat menerapkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H