Mohon tunggu...
NUKE PURIHERMINANTI
NUKE PURIHERMINANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Hello Saya Nuke Puri Herminanti. Welcome to my blog

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Inovasi QRIS di Parkir Bandung: Kemudahan Digital atau Tantangan Baru?

15 Oktober 2024   09:35 Diperbarui: 22 Oktober 2024   23:23 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digitalisasi yang semakin berkembang, kini para tukang parkir di kawasan Jalan ABC, Bandung, turut beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Tidak hanya dengan pembayaran tunai, kini pengguna kendaraan bisa membayar jasa parkir dengan sistem pembayaran non-tunai melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Inovasi ini pertama kali digaungkan oleh Dinas Hubungan (Dishub) Kota Bandung dan memulai mencoba menerapkan pertama kalinya di kawasan tersebut yang nantinya menjadi percontohan untuk wilayah wilayah lainnya.

Penerapan via QRIS di area parkir ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna kendaraan, sekaligus membantu meminimalisir risiko kesalahan transaksi dan kehilangan uang tunai. Inisiatif ini juga sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan transaksi nontunai dalam rangka mendukung inklusi keuangan di Indonesia.

Tetapi sayangnya justru penerapan cara seperti ini tidak sepenuhnya bisa membuat tukang parkir merasa terjamin. Menurut salah satu tukang parkir di Jl. ABC yang sudah 11 tahun bekerja sebagai tukang parkir setempat, Andi (62) perubahan ini awalnya sangat membantu bagi para kaula muda yang sekarang lebih banyak menggunakan Qris, tetapi setelah beberapa waktu justru malah bisa disalahgunakan oleh kaula muda dengan berbagai cara. Selain itu justru membuat pendapatannya berkurang drastis dibandingkan tanpa menggunakan pembayaran Qris ini.

 "Awalnya sih bagus ya inovasi yang bagus bagi orang zaman sekarang yang pake hp bayarnya, tapi seberjalannya malah banyak disalahgunakan oleh oknum anak muda yang tidak bertanggung jawab. Kemudian pendapatannya berkurang karena dulu bisa membawa pulang uang lumayan tapi sekarang kebagi dengan sistem Qris ini" ujar Andi.

Di Jalan ABC, tukang parkir diberi rompi khusus yang di bagian punggungnya terdapat QR code serta besaran tarif parkir kendaraan. Masyarakat cukup menscan QR code tersebut untuk mengetahui berapa tarik parkir yang perlu dibayar. Juru parkir harus mencatat nomor kendaraan saat parkir di Jalan ABC. Setelah diacatat, sistem otomatis akan menghitung tarif sesuai dengan durasi parkir kendaraan.

"Per jamnya di belakang rompi petugas parkir sudah ada tarifnya. Misalkan, roda empat itu Rp 5 ribu per jam. Jadi ketika ada yang masuk, sama juru parkir dicatat pelat nomor masuk pukul sekian. Ketika keluar misalkan hanya satu jam, jadi hanya bayar Rp 5 jam, tinggal bayar pakai QRIS," kata Andi.

Tapi pada kenyataannya, beberapa pengunjung mengungkapkan kurang suka dengan layanan baru ini.

“Saya kurang setuju ya, karena nominal uang untuk pembayaran QRIS ini sudah ditentukan oleh pusat atau daari sananya, jadi kita tidak bisa menentukan sendiri nominal yang mau kita bayarkan berapa banyaknya untuk parkir tersebut” kata Rina, salah satu pengunjung yang ada di Jl. ABC.

Masalah selanjutnya, Dishub Kota Bandung disebut belum mengadakan pertemuan dengan tukang parkir yang diberi rompi khusus untuk QRIS tersebut. Yang paling vital adalah tentang pembicaraan mengenai bagaimana skema pembayaran yang akan diterima petugas parkir jika sistem ini nantinya diterapkan.


Sebagai informasi, saat awal uji coba, bayar parkir via QRIS ini dijajal di ruas Jalan ABC pada Kamis. Tapi jelang beberapa hari, banyak oknum parkir yang justru menolak untuk menggunakan sistem QRIS ini, mereka tidak lagi menggunakan rompi tersebut dan kembali menerima tunai dan tidak menawarkan untuk bayar QRIS.

Sebab sebelumnya, selama menjadi tukang parkir sejak 2013, Pak Andi biasanya akan langsung mendapatkan bayaran dari hasil pekerjaannya di hari itu juga. Tapi jika nanti sistem ini diterapkan, ia masih bingung bagaimana nanti Pak Andi mendapatkan penghasilan.

“QRIS ini kan masuknya langsung ke ATM Pemkot Bandung yah, sementara aturannya sama tukang parkir belum dikasih tahu mekanismenya bagaimana. Yang penting harus memenuhi target setoran saja. Andai semuanya QRIS, kita kan butuh buat akomodasi sehari-hari kayak makan, buat bensin perjalanan. Terus kalau kita pakai uang sendiri, jelas berat banget,’’ katanya.

Merujuk data BLUD Parkir Kota Bandung, total pendapatan parkir "on the street" pada periode tahun 2023 mencapai Rp11.104.577.825. Adapun tren pendapatan dari sektor parkir terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021 pendapatan parkir mencapai Rp6,5 miliar. Sedangkan pada tahun 2022 mencapai Rp9 miliar.

Pak Andi kembali menyinggung bahwa uji coba bayar parkir via QRIS takkan bisa optimal meskipun saat ini statusnya masih bersifat sementara. Ia juga berpikir bahwa masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata pekerjaan ini.

Diharapkan, dengan masih lebih banyak komentar negatif terhadap adanya inovasi pembayaran menggunakan QRIS ini, pemerintah kota khusunya Dishub bisa mengkaji ulang dan mempertimbangkan dari segi pendapat tukang parkir dan warga masyarakat yang nantinya akan menggunakan inovasi tersebut lebih banyak lagi di wilayah Bandung pada saat menerapkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun