Setelah mengurangi gigi persneling dan menancap gas lebih dalam, tanjakan dan kelokan demi kelokan itu ia lewati dengan tabah. Sepanjang jalan, sebelah kanan kirinya hanya terlihat pemandangan gelap. Tiba-tiba dari arah sisi kiri, Joko melihat seorang perempuan sedang berdiri dengan posisi tangan menyetop taksinya.Â
"Alhamdulillah, rezeki!"
Segera ia tepikan taksinya. Perempuan itu berbaju gamis polos dan berkerudung hitam. Wajahnya ... cantik! Senyum Joko mengembang menunggu perempuan itu membuka pintu taksinya.Â
"Malam, Mbak," sapa Joko ramah. Sesaat perempuan itu bergeming, tak lama kemudian terdengar pintu taksi ditutup.
"Eh, mau diantar ke mana, nih?" tanya Joko sambil terus mengawasi dari kaca spion, siapa tahu si perempuan berubah menjadi kuntilanak seperti cerita Badrun.Â
"Ke Jalan Melati, ya, Mas!" perintah perempuan itu lembut sambil menepuk pelan pundak Joko. "Lho, kok bengong, Mas? Ayo, jalan!"
"Eh, iya, jalan Melati, ya, Mbak." Tersadar melongo dari tadi, Joko langsung tancap gas.Â
Lima belas menit perjalanan, akhirnya sampailah Joko mengantar perempuan itu sampai tujuannya. Perempuan itu lalu turun di depan gang Jalan Melati. Sambil menyerahkan selembar uang berwarna merah dia mengucapkan terima kasih.Â
"Eh, Mbak, banyak sekali? Saya nggak ada kembaliannya, lho" kata Joko kebingungan.
"Udah, kembaliannya buat Mas aja, saya ikhlas!" ujar si perempuan sambil tersenyum manis. Memang sejak siang Joko belum dapat penumpang lagi. Uang hasil menarik taksinya pun belum banyak. Dan kali ini Joko ketiban rezeki nomplok.Â
"Alhamdulillah ... beneran, nih, Mbak? Makasih banyak, ya!" teriak Jaka semringah. Perempuan itu segera keluar dan berlalu. Joko segera memutar balik taksinya. Tidak ada keanehan ataupun hal seram yang terjadi selama perjalanan tadi. Tidak ada perempuan yang beralih wujud menjadi kuntilanak, atau uang yang berubah bentuk menjadi daun. Tidak ada!Â