Ketika kecil dia menghabiskan tahun-tahun pertamanya bersekolah di sebuah institusi khusus untuk penyandang tuna netra, di mana ia mencari ilmu dan bekerja sama dengan teman-temannya.
Bardi tinggal di perkebunan zaitun dan anggur milik orangtuanya yang merupakan keluarga penganut Katolik taat, tak pelak musik sudah menjadi teman terbaiknya. Sejak itulah Bardi menemukan bakatnya dan perlahan menjadi pemain piano di lingkungan gereja.
Seperti diketahui Andrea Bocelli sendiri memang sejak lahir menderita congenital glaucoma pada umur 12 tahun, dan mengalami kebutaan total akibat kecelakaan saat bermain sepak bola. Tetapi kebutaan tidak menyurutkan langkah Bocelli untuk untuk meraih gelar doktor program studi Ilmu Hukum dan malah sempat berprofesi sebagai pengacara.
Dengan motivasi dari keluarga terutama ibunya dan kegigihan yang kuat, dia berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Hukum di University of Pisa dengan mempelajari dokumen khusus berhuruf braille.
Sewaktu siang, ia bekerja sebagai pengacara, dan ketika malam hari masih menyambi bernyanyi di bar. Dengan ketekunan berlatih bersama gurunya, Luciano Bettarini, dirinya terus mengasah kemampuannya.
Perjalanan Karir Amos Bardi
Tanpa sepengetahuan Bardi, ternyata dia memiliki seorang paman yang juga menggeluti musik. Kemudian berbekal dari pamannya lah yang mendaftarkan Bardi dalam kompetisi vokal ketika Bardi SMA. Ia lolos dan berhasil memenangkan kompetisi tersebut, lalu maju ke tingkat yang lebih bergengsi.
Di balik cerita sukses seseorang pastilah menemukan hambatan dan kegagalan demi kegagalan. Meski sebelumnya dia pernah gagal sebelum bertanding karena suaranya tiba-tiba serak. Hal itulah yang menjadi fase frustasi kedua dalam hidup Bardi.
Setelah gagal dalam kompetisi, Amos Bardi menjadi penyanyi kafe. Pada suatu ketika, di kafe bertemulah sebuah keluarga yang sedang merayakan ulang tahun putrinya bernama Elena. Tertarik dengan suara Bardi, hingga akhirnya mereka semakin akrab dan tertarik satu sama lain, lalu menjalin hubungan kasih.
Selain menjadi penyanyi kafe, Bardi juga masih mantap dengan mimpinya sebagai seorang pengacara. Karena itulah, Bardi bekerja di kafe sambil kuliah hukum, hingga akhirnya lulus pada bulan Juni 1984.