Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malmo Kota Penuh Kebun dan Taman

21 Juli 2024   11:53 Diperbarui: 21 Juli 2024   11:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alumni Sweden bersama The Nippon Foundation, Jakarta 2024 (Dokpri)

Pengantar: Tulisan ini pernah dimuat di majalah SARTIKA, dlm rubrik travelling. Rasanya baru kemaren terjadi, sy ketemu dengan keluarga Swedish Indonesai Society; Ibu Nur di Lund, mbak Nina Hansson yang eks wartawati Warta Ekonomi, mbak Itje yang pinter menari, mbak silvi yg hobi masak serta wisata kuliner, ms kiki bimo bisnisman via internet, dan keluarga besar Indosweden. Berikut hasil lacakan saya terhadap kliping yg dipubish internet, sayangnya tdk dicantumkan nama penulisnya. 100 % saya jamin ini adalah tulisan saya, hak cipta melekat pd sya, namun silakan saja dikutip untuk kepentingan umum. 

Waktu berlalu sangat cepat, sudah berjarak 19 Tahun tidak terasa. Namun masih relevan kita ambil sisi menarik suasana lingkungan Malmo Sweden yang kaya kebun dan taman. 

Selengkapnya:

-----------

Enaknya Jadi Mahasiswa di Malmo, Swedia

Travel Story Mon, 14 Feb 2005 14:28:00 WIB

Tanggal 17 Januari 2004 yang lalu untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Eropa setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan selama lebih dari 13 jam dengan Singapore Airlines (SQ) melalui Surabaya Singapore- Kopenhagen, Demark.

Di Bandara Kopenhagen, saya dijemput mobil dari universitas untuk selanjutnya tinggal di Henrik Smith Residence, Disponentgatan Malmo, wilayah selatan dari negara Swedia, tetapi lebih dekal secara geografis dengan Denmark. Malmo sendiri adalah kota terbesar ketiga di Swedia dengan populasi penduduk lebih dari 265 ribu orang, luas wilayah 156 km2, tingkat kepadatan adalah 1700 orang per kilometer persegi. Kota besar Swedia lainnya adalah Stockholm dan Gotenburg. Jumlah total penduduk Swedia per Juli 2004 adalah hanya sebanyak 8,9 juta orang namun dengan pendapatan per kapita yang sangat besar yakni sebesar US $ 26.800 (per tahun per orang) atau setara Rp 241.200.000.

Bandingkan dengan negara kita yang berpenduduk 238,5 juta orang dengan pendapatan perkapita US $ 3200 atau Rp 28.800.000. Meski demikian, sejauh ini di mata saya tinggal di Indonesia terasa lebih nyaman karena suhu yang selalu hangat, dan budaya yang lebih kekeluargaan. Sementara di Malmo sebagaimana Eropa pada umumnya, kehangatan hanya dijumpai di Musim Panas (Summer) dimana kebanyakan sekolah libur selama 2 bulan (sekitar Juli - Agustus - September )dan banyak keluarga pergi berlibur.

MIRIP YOGYA

Keberadaan saya di Swedia, karena mendapat bea siswa dari the Sasakawa Fellowship/SOF (Ship & Ocean Foundation) di bawah bendera induk The Nippon Foundation, Jepang untuk melanjutkan studi Master of Science bidang Maritime Affairs spesialisasi Port Management di World Maritime University (WMU), Malmo, Swedia. Insya Allah saya akan berada di salah satu negara Skandinavia ini sampai dengan Oktober mendatang.

WMU sendiri adalah universitas di bawah otoritas IMO (International Maritime Organization) agen atau badan khusus dari PBB (Persatuan Bangsa bangsa) yang antara lain mengurus dan mengatur aktivitas di bidang maritime, pelayaran, kepelabuhan, dan aktivitas sejenis.

Saya adalah satu dari 5 orang yang mendapat beasiswa tahun 2004, yakni satu dari Pelindo atau PT (Persero) Pelabuhan Indonesia 2 Jakarta juga mengambil Port Management, 2 orang dari Departemen Perhubungan mengambil Maritime Administration dan shipping Management, Jakarta, 1 orang dosen Institut Teknologi Surabaya (ITS) dengan spesialisasi Maritime Safety and Environment Protection. Saya sendiri asli Bantul Yogyakarta dan bekerja sebagai staf Direktorat Personalia dan Umum Pelindo 3 Surabaya.

Ngomong-ngomong masalah Swedia, sebenarnya apanya yang menarik dari Swedia? Sebagai warga Negara Indonesia yang tentu saja dekat dengan masalah-masalah pendidikan, demokratisasi dan nasionalisme, pikiran pertama saya adalah "Pasti saya akan ketemu dengan aktivis Gerakan Aceh Merdeka- GAM". Siapa tahu bisa membantu pemerintah menangkap Hasan Tiro ( he he he ).

(Update GAM saat ini sudah tidak ada dan eksis Daerah Istimewa Aceh yang mengakomodasi semua anak bangsa - 21.07.2024)

Ternyata tidak sepenuhnya benar, karena kebanyakan aktivis GAM bermukim di Stokholm, sekitar 400-an kilometer arah utara Malmo. Saya hanya bisa mencari informasi mereka melalui internet, sesuatu yang sebenarnya juga bisa dilakukan di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Untuk bertemu fisik dengan mereka sangat sulit karena kita tidak tahu apakah seseorang benar-benar pendukung GAM, atau jangan-jangan intel yang sedang menyamar.

Kami hanya sempat beraudensi dengan Bapak Ben Perkasa Drajat dan Thomas A Siregar, pegawai Kedutaan Besar Indonesia di Swedia yang melakukan sosialisasi pra Pemilu yang lalu, bertempat di ruang tamu apartmen mahasiswa WMU.

Dipikir-pikir Malmo ini mirip sekali dengan Yogya. Bedanya, Malmo lebih maju, banyak tumbuhan dan taman kota yang segar di musim panas, dan cenderung sepi senyap di musim dingin. Jangan dibandingkan dengan Jakarta yang lebih metropolitan.

Sekitar 21 ribu mahasiswa internasional sedang menuntut ilmu di Malmo, dan mereka berbicara tidak kurang dalam 100 bahasa ibu. Ada asal Kamerun, Iran, Mesir. Lithuania, Korea, Jepang, Kongo, Yunani. Malaysia, Vietnam dan banyak lagi. Komunikasi antar mahasiswa antar negara tentu saja dalam, bahasa Inggris, namun untuk percakapan harian dengan penduduk setempat kadang menggunakan bahasa Swedish.

Di Malmo ini bila kita naik bis kita bisa mendengar para pelajar berbicara dengan teman senegaranya dalam bahasa ibu mereka yang kadang-kadang aneh terdengar di telinga. Tampang dan warna kulit mereka juga aneka rupa. Ada yang hitam legam, coklat, sawo matang, putih dan kuning.

Saat pertama tiba di Malmo yang bikin saya kaget adalah iklimnya. Di musim dingin seperti Januari, suasana betul-betul dingin dan beku. Suhu terendah di bulan Januari yakni minus 13,5 derajat celcius. Bisa dibayangkan dinginnya, sampai air di celah jalan membeku menjadi es, dan hampir tiap orang memakai baju rangkap tiga plus jaket, sarung tangan, topi hangat. Walhasil, kita jalan biasa, tetapi atribut pakaian seperti mau mendaki gunung. Matahari terbit bisa jam 8 pagi, dan tenggelam pada jam 16.00 jadi pukul 17.25 sudah masuk waktu Isya.

Hari terasa sangat pendek, meskipun jam kerja tetap berkisar 09.00 - 17.00. Di musim panas suhu maksimum pada bulan Agustus sebesar 30,4 derajat celcius. Di bulan April - Mei, suhu rata-rata 6 -14 derajat celcius, matahari kadang nongol kadang mendung, sehingga udara hangat dan dingin silih berganti dingin. Bila angin bertiup, mula-mula terasa sejuk, lama-kelamaan berubah menjadi dingin yang menusuk kulit. Matahari bisa terbit jam 04.00 dan tenggelam jam 22.00. Jadi siang terasa sangat panjang.

BERTEMU PENGAGUM INDONESIA

Namanya juga orang Indonesia, meskipun sampai di Eropa ya rasa kangen itu muncul kuat, terutama pada apapun yang berbau tanah air. Untungnya ada wadah untuk menumpahkan kerinduan seperti komunitas SIS (Swedish Indonesia Society), sebuah organisasi nirlaba yang eksis di Malmo. Para ibu-ibu anggota SIS suka ngobrol lewat milis tentang berbagai hal. Salah satunya mereka saling bertukar informasi tentang masakan. Ada yang menanyakan resep membuat soto, atau yang lainnya minta diberitahu dimana bisa mendapatkan ikan asin.

SIS ini juga rajin mengadakan acara-acara sosial semacam arisan bulanan, piknik bersama, pentas seni Indonesia, dan acara sejenis yang dimaksudkan untuk persaudaraan dan pencitraan Indonesia di Swedia.

Saat ini SIS dikomandani Ibu Nuraeni Leosson (WNI yang menikah dengan Swedish), dan wakilnya adalah Bapak Stefan Danerek (Swedish yang beristerikan WNI). Beberapa kali anggota SIS aktif dalam Art Performance, seperti Festival Budaya (Culture Festival) di Malmo, Stockholm, dan Huga di Lund, kota kecil yang berdekatan dengan Malmo.

Saya juga bertemu dengan keluarga Ibu Nina Naphtarina (WNI yang bersuamikan Swedish, yakni Bapak Hannson). Rupanya Ibu Nina yang mantan jurnalis di Jakarta ini juga hobi menyimak berbagai media massa Indonesia online, maka begitu saya bawa satu eksemplar majalah SARTIKA, beliau antusias membacanya meskipun edisi lawas.

"Saya suka baca berita Indonesia. Dinamika politiknya menarik untuk diikuti,"katanya yang diamini oleh sang suami. Pak Hannson yang asli Swedia ini malahan pengagum Gus Dur.

"Di mata saya, Gus Dur memang brillyan dan punya visi jauh ke depan, " katanya. Kita boleh tidak setuju terhadap pendapat Pak Hannson, namun begitulah salah satu pendapat orang asli Swedia Pak Hannson ini rajin pula memantau berita-berita nasional Indonesia melalui internet. Tidaklah heran,bila bertemu saya, beliau selalu antusias bicara masalah Jendral Wiranto, Pak Amien Rais, Pemilu Indonesia, dan isu-isu sosial politik lainnya.

PRIORITAS BAGI PEREMPUAN

World Maritime University (WMU) adalah universitas yang terbilang muda, eksis sejak 1983. Universitas yang berkedudukan di Malmo, Swedia ini memiliki reputasi yang lumayan bagus sebagai intitusi pendidikan, pelatihan, dan penelitian untuk komunitas khusus masyarakat maritim internasional.

Sejauh ini, lebih dari 2000-an alumni WMU yang menyebar lebih dari 140 negara di dunia. Mereka bekerja sebagai administrator shipping industry, manager, trainer, dosen, pejabat pemerintahan, coast guard, dan pengambil kebijakan di bisnis pelayaran serta kepelabuhan. Corak berpikir yang diemban para alumni dan mahasiswa adalah bagaimana meningkatkan standar keselamatan (maritime safety), dan peningkatan pencegahan polusi lingkungan (prevention and control of pollution of the environment) Sebagai institusi yang mendapatkan mandat khusus dari IMO (International Maritime Organization), semua alumni dan mahasiswa juga punya kewajiban moral mensosialisasikan beragam konvensi, regulasi, dan peraturan internasional lainnya untuk mewujudkan misi laut yang bersih dan laun yang aman untuk bisnis (safer and cleaner).

Untuk berkompetisi masuk universitas ini, kita tidak dituntut untuk memiliki latar belakang akademik S1 bidang pelayaran, maritim atau kelautan. Satu-satunya yang agak sulit mungkin adalah keharusan calon mahasiswa punya pekerjaan di bidang maritim, atau dosen di bidang ini. Artinya bahwa calon mahasiswa diprioritaskan bagi mereka yang bekerja di sektor kemaritiman, pelabuhan, pelayaran, freight forwarding, perkapalan, dan sejenisnya.

Faktanya, memang latarbelakang S1 dari mahasiswa WMU cukup beragam, ekonomi, akuntansi, psikologi, hukum, ilmu navigasi, tehnik, bahkan ada yang sastra Inggris. Hanya saja, mereka memang bekerja di bidang yang relavan dengan kemaritiman Saya sendiri lulusan Pskologi, GAMA.

Persyaratan utama selain latarbelakang pekerjaan, juga bahasa Inggris dan kemampuan komputer. Pada dasarnya, yang akan mencairkan beasiswa adalah pihak universitas. Calon mahasiswa hanya mengirimkan semua isian aplikasi beserta seluruh persyaratan (copy ijazah legalisir, plus sertifikat bahasa Inggris), dan selanjutnya menunggu respon dari pihak universitas. Sertifikat internasional TOEFL/IELTS adalah mutlak, sehingga sertifikat institusional maupun lokal akan ditolak.

Komunikasi dengan pihak universi tas melalui email : info@wmu.se dan biasanya pendaftaran setiap tahunnya adalah sekitar bulan Mei - Agustus. Kuota mahasiswa setiap tahun adalah 100-an, dan setiap negara juga cukup terbatas. Namanya kompetisi, kalau pembaca berminat apa pun tantangannya tetap melamar. Ya, kan mengapa takut kompetisi. Hidup ini sendiri sebenarnya kan juga sebuah kompetisi. Betul kan?

Nah, kalau kita sudah memasukkan semua berkas lamaran, tinggal berdoa saja. Sebab ada kemungkinan, meskipun lamaran kita sudah dikatakan oke, tetapi mungkin saja belum ada negara donor. Kalau TOEFLnya lebih dari 570, atau IELTS lebih dari 6,5. indikasi berangkat bulan Mei. Bila dibawah itu, berangkat Januari.

Fasilitas beasiswa di WMU terbilang komplit. Negara donor biasanya dari Jepang, Norwegia, United Kingdom, Jerman, pihak universitas, dan lain-lain. Total beasiswa yang diterima setiap mahasiswa untuk pogram standar 17 bulan adalah US $ 50.000 ( Rp 450 juta) dengan rincian 50% untuk biaya pendidikan, studi lapangan (Field Training), materi kuliah, dan asuransi. Sisanya akomodasi, biaya hidup mahasiswa yang diberikan setiap bulan, dan lain-lain.

(Update: dengan nilai US Dolar yang mencapai 15 ribuan, maka value scholarship otomatis naik dari sisi rupiahnya, namun tetap dari sisi standar value US Dolar).

Jadi kalau kita diterima, kita akan masuk ke asrama mahasiswa yang fasilitasnya sama dengan apartemen lengkap dengan dapur, komputer setiap kamar satu orang, ruang publik, dan lain-lain. Kita tidak perlu mencari-cari apartemen, atau negosiasi harga sewa dan sejenisnya.

Alumni Sweden bersama The Nippon Foundation, Jakarta 2024 (Dokpri)
Alumni Sweden bersama The Nippon Foundation, Jakarta 2024 (Dokpri)

Setiap bulan diberikan biaya hidup, yang kalau kita belanjakan dengan standar Indonesia yah tentu lebih dari cukup. Hampir semua mahasiswa, khususnya yang dari Asia seperti Indonesia, China, Vietnam, Kamboja, Korea, Bangladesh, masak sendiri untuk makan malam. Jadi hemat deh. Kalau makan pagi, disediakan oleh asrama, gratis tentu saja, untuk hari kerja Senin Jumat, kecuali hari libur, makan siang beli di cafetaria universitas yang harganya juga murah untuk standar Swedia, sekitar 40 SEK atau 40-an ribu rupiah per paket. Beberapa mahasiswa membawa bekal dari rumah (misalnya kue, softdrink, buah) termasuk saya. Jadinya hemat lagi, kan.

Tiket bis diberi, meskipun kebanyakan mahasiswa berjalan kaki atau naik sepeda ontel demi kesehatan. Kebanyakan orang Swedia juga naik sepeda ontel, juga alasan kesehatan. Kesadaran lingkungan dan kesehatan sangat tinggi, sehingga bis pun berbahan bakar gas, burung-burung terbang bebas tidak ada yang mengganggu.

Bagi yang ingin biaya sendiri, tinggal membayar biaya pendidikan US$ 25.000 ke universitas dan dipersilakan mencari sendiri apartemen dan kebutuhan lainnya. Negara yang dianggap kaya, biasanya biaya sendiri dan bukan beasiswa. Misalnya, Iran- setiap tahun mengirim 12-14 mahasiswa- Malaysia, Korea, Brunei Darussalam dan Amerika Serikat. Sponsor dana adalah pemerintahnya masing-masing.

Sebagai gambaran, biaya apartemen satu kamar di Malmo kisarannya 4000-an SEK (Kroner Swedia), atau sekitar 4,4 juta rupiah per bulan. Wuih, memang mahal sekali bila dibandingkan dengan standar kita. Beras perkilonya kisaran 8-20 ribu rupiah, seikat kecil kacang panjang/sayur sekitar Rpl5 ribu, daging sapi sekilonya sekitar Rp 80 ribu, tahu sebutirnya Rp 5 ribu, tempe sekotak kecil sekitar Rp 15 ribu, tomat sekilonya Rp 10 ribu, Indomie perbungkusnya Rp 5 ribu.

Sayuran memang cukup mahal untuk memperolehnya kita bisa beli di toko Vietnam atau China, sedangkan daging di Halal Food Shop milik orang Arab.

Nah, bagi pembaca yang tertarik; selamat berkompetisi. Kalau tidak berhasil tahun ini, dicoba tahun depan. Demikian seterusnya. Saya teringat sebuah kata kunci yang cukup positif untuk diterapkan manakala kita ingin meraih sesuatu yang positif : Nevergive up!!! ...pantang menyerah, dan tidak kenal putus asa.

Jangan lupa, setiap pelamar yang kebetulan berjenis kelamin perempuan akan mendapatkan prioritas yang lebih baik, mengingat Swedia sangat concern pada kesetaraan gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun