Tiket bis diberi, meskipun kebanyakan mahasiswa berjalan kaki atau naik sepeda ontel demi kesehatan. Kebanyakan orang Swedia juga naik sepeda ontel, juga alasan kesehatan. Kesadaran lingkungan dan kesehatan sangat tinggi, sehingga bis pun berbahan bakar gas, burung-burung terbang bebas tidak ada yang mengganggu.
Bagi yang ingin biaya sendiri, tinggal membayar biaya pendidikan US$ 25.000 ke universitas dan dipersilakan mencari sendiri apartemen dan kebutuhan lainnya. Negara yang dianggap kaya, biasanya biaya sendiri dan bukan beasiswa. Misalnya, Iran- setiap tahun mengirim 12-14 mahasiswa- Malaysia, Korea, Brunei Darussalam dan Amerika Serikat. Sponsor dana adalah pemerintahnya masing-masing.
Sebagai gambaran, biaya apartemen satu kamar di Malmo kisarannya 4000-an SEK (Kroner Swedia), atau sekitar 4,4 juta rupiah per bulan. Wuih, memang mahal sekali bila dibandingkan dengan standar kita. Beras perkilonya kisaran 8-20 ribu rupiah, seikat kecil kacang panjang/sayur sekitar Rpl5 ribu, daging sapi sekilonya sekitar Rp 80 ribu, tahu sebutirnya Rp 5 ribu, tempe sekotak kecil sekitar Rp 15 ribu, tomat sekilonya Rp 10 ribu, Indomie perbungkusnya Rp 5 ribu.
Sayuran memang cukup mahal untuk memperolehnya kita bisa beli di toko Vietnam atau China, sedangkan daging di Halal Food Shop milik orang Arab.
Nah, bagi pembaca yang tertarik; selamat berkompetisi. Kalau tidak berhasil tahun ini, dicoba tahun depan. Demikian seterusnya. Saya teringat sebuah kata kunci yang cukup positif untuk diterapkan manakala kita ingin meraih sesuatu yang positif : Nevergive up!!! ...pantang menyerah, dan tidak kenal putus asa.
Jangan lupa, setiap pelamar yang kebetulan berjenis kelamin perempuan akan mendapatkan prioritas yang lebih baik, mengingat Swedia sangat concern pada kesetaraan gender.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H