SUDAH BESAR, KOK NGOMPOL?
Kecil ngompol, biasa. Sudah remaja masih ngompol, ada apa?
Belum lama ini Didit, 6 tahun, sering berjingkat masuk kamar mandi ketika pagi tiba. Ibunya menjadi curiga. Ketika ia mengintip apa yang dilakukan Didit di kamar mandi, ternyata Didit berganti celana sebelum mandi. Penasaran, sang ibu mengecek tempat tidur Didit. Belum sempat dibaui, berhembuslah bau pesing. Ompol.
Sudah besar masih ngompol, tentu menjadi problem bagi ibu-ibu rumah tangga. Bagi ayah yang terbiasa membantu mencucikan pakaian anak-anaknya, juga menjadi masalah. Sebab, bau ompol anak di atas balita sudah hampir mirip orang dewasa.
Amat berbau dan tidak enak. Belum lagi, kasur mesti sering dijemur dan seprei harus diganti. Beban kerja mencuci pun sering lebih berat karenanya.
Beban psikologi yang ditanggung anak pun bisa muncul. Misalnya, ia akan merasa amat malu ketahuan ngompol. Bisa pula anak menaruh celana bekas ompolan di bawah kasur untuk menutupi "aib" yang ia alami. Ia dapat pula menjadi canggung dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Takut diejek: "Sudah besar ngompol, yeee..." dari teman sebayanya.
Abnormal
Ngompol, atau lazim dikenal sebagai enuresis sebenarnya, normal terjadi pada anak di bawah usia 4 tahun. Sebabnya kapasitas dan fungsi otak belum optimal untuk mengontrol beban air seni dalam kandungan kemih. Akibatnya, :, seni dapat nyelonong keluar saat akan sedang tidur.
Ini normal. Sinyal-sinyal informasi yang dikirim ke otak yang mengabarkan bahwa air seni siap keluar belum secara baik menjalankan fungsinya. Namun bila terjadi pada anak usia di atas 4 tahun, 6, 7 atau bahkan 12 tahun, gejala ini menjadi abnormal.
Abnormalitas ini bukan saja karena dapat berpeluang memberikan gangguan psikologis bagi anak, melainkan juga dapat mengindikasikan adanya gangguan medis atau fisik anak. Misalnya masalah kesehatan ginjal, masalah dalam kandung kemih, dan sebagainya.
Berdasarkan jenis dan penyebabnya dikenal 2 macam perilaku mengompol pada anak.
Pertama, mengompol yang menetap. Perilaku mengompol dapat terjadi semenjak anak lahir hingga di atas usia 4 tahun. Dapat disebabkan keterlambatan atau terhambatnya kerja kontrol saluran air kencing, kegagalan latihan buang air (toilet training) yang dilatihkan orangtua, atau bahkan faktor kesehatan fisik anak.
Kedua, mengompol yang tidak menetap. Biasanya anak mengompol, kemudian berhenti secara tiba-tiba selama beberapa bulan. Namun kemudian mengompol lagi. Stres anak (child stress), kecemasan, dicurigai sebagai penyebab mengompol jenis ini.
Melatih Anak
Upaya yang baik untuk dilakukan sejak dini bagi anak adalah melatihnya. Yakni toilet training. Latihan ini berupaya menyarankan anak untuk buang air pada jamjam tertentu.
Dapat dilakukan sejak usia 2-3 tahun. Misalnya, 5-6 jam setelah anak makan atau minum, anak dibawa ke kamar kecil untuk pipis. Sarankan dengan bahasa ramah misalnya "Ayo...... saatnya pipis".
Sesuaikan kualitas rentang waktu dengan dorongan kencing anak. Latihan ini amat bermanfaat agar anak tidak sembarangan membuang air kecil.
Kesalahan orangtua sering terjadi manakala anak merasa akan pipis, kemudian dengan serta-merta celana anak dilepaskan dan anak disuruh buang air di depan rumah, atau di pinggir jalan, atau dekat pot bunga.
Sebaiknya, bawa anak ke kamar kecil sehingga anak terbiasa dengan kebersihan. Setelah selesai, basuh kemaluan anak dengan air sehingga anak pun terbiasa menjaga kebersihan.
Saat anak ngompol, jangan keburu memarahi anak. Berikan perhatian pada beberapa kemungkinan penyebab, mengapa anak ngompol. Dalam kondisi wajar dan tenang, perilaku ngompol anak dapat berhenti dengan sendirinya saat anak berusia 7-9 tahun. Namun lingkungan yang menimbulkan stres anak, besar kemungkinan perilaku ngompol akan timbul lagi.
Apalagi anak yang memang rentan terhadap strcssor sering disalahkan, anak memasuki lingkungan baru yang masih terasa asing baginya, atau bahkan kecemasan yang sifatnya tidak rasional (irrational anxicty). Takut hantu, takut setan, namun sering menonton film komedi televisiyang ada unsur horor, dan memicu kecemasan anak saat berangkat tidur. Akhirnya, ngompol.
Bila kecemasan dan stressor dicurigai sebagai penyebah ngompol, kurangilah stresser dan penyebab kecemasan tersebut. Temani anak sebelum tidur, dan berikan cerita-cerita yang membahagiakan atau fantasi positif lainnya. Ketenangan sebelum tidur akan membantu anak mengatasi ngompol karena kecemasan. Kontrol terhadap urin pun akan menguat.
Latihan pipis sebelum tidur, juga amat baik. Ajak anak untuk buang air sebelum tidur.
Referensi: Priyohadi, N.D., 2011., Mengasihi Anak Sepenuh Hati, Yogyakarta: Pustaka Rahmad dan Penerbit Panduan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H