Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudah Besar Kok Masih Ngompol?

5 Desember 2022   19:08 Diperbarui: 5 Desember 2022   19:23 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.britannica.com 

Abnormalitas ini bukan saja karena dapat berpeluang memberikan gangguan psikologis bagi anak, melainkan juga dapat mengindikasikan adanya gangguan medis atau fisik anak. Misalnya masalah kesehatan ginjal, masalah dalam kandung kemih, dan sebagainya.


Berdasarkan jenis dan penyebabnya dikenal 2 macam perilaku mengompol pada anak.

Pertama, mengompol yang menetap. Perilaku mengompol dapat terjadi semenjak anak lahir hingga di atas usia 4 tahun. Dapat disebabkan keterlambatan atau terhambatnya kerja kontrol saluran air kencing, kegagalan latihan buang air (toilet training) yang dilatihkan orangtua, atau bahkan faktor kesehatan fisik anak.

Kedua, mengompol yang tidak menetap. Biasanya anak mengompol, kemudian berhenti secara tiba-tiba selama beberapa bulan. Namun kemudian mengompol lagi. Stres anak (child stress), kecemasan, dicurigai sebagai penyebab mengompol jenis ini.

Melatih Anak 

Upaya yang baik untuk dilakukan sejak dini bagi anak adalah melatihnya. Yakni toilet training. Latihan ini berupaya menyarankan anak untuk buang air pada jamjam tertentu. 

Dapat dilakukan sejak usia 2-3 tahun. Misalnya, 5-6 jam setelah anak makan atau minum, anak dibawa ke kamar kecil untuk pipis. Sarankan dengan bahasa ramah misalnya "Ayo...... saatnya pipis".

Sesuaikan kualitas rentang waktu dengan dorongan kencing anak. Latihan ini amat bermanfaat agar anak tidak sembarangan membuang air kecil.

Kesalahan orangtua sering terjadi manakala anak merasa akan pipis, kemudian dengan serta-merta celana anak dilepaskan dan anak disuruh buang air di depan rumah, atau di pinggir jalan, atau dekat pot bunga.

Sebaiknya, bawa anak ke kamar kecil sehingga anak terbiasa dengan kebersihan. Setelah selesai, basuh kemaluan anak dengan air sehingga anak pun terbiasa menjaga kebersihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun