Tujuh alasan mengapa perlu ziarah makam raja Mataram.
Perlu artinya tidak wajib, namun kiranya penting untuk "diperlokke", atau disempatkan. Tadinya saya termasuk yang apatis terhadap model-model ziarah ke makam kuno. Selain karena serasa membuang waktu, juga mempertanyakan urgensinya.
Ya memang tidak urgen. Tidak mendesak. Namun saya akan bercerita 7 (tujuh) alasan mengapa kita perlu, khususnya bapak-bapak yang berusia di atas 50 tahun, untuk ziarah makam Raja Mataram.
Beberapa alasan saya kemukakan di sini, panjenengan tidak wajib setuju. Bebas mawon.
Silaturahim
Silaturahim adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam khasanah muslim. Menjalin persaudaraan atau pertemanan, atau perkawanan, saling mengunjungi adalah sangat disarankan bahkan menjadi Sunnah Rasululllah Muhammad SAW, nabi yang diyakini penutup para Rasul di akhir zaman.
Silaturahim di sini, ketika ziarah panjenengan akan bertemu dengan juru kunci, abdi dalem, takmir masjid, yang sangat tidak mungkin kita temui dalam keseharian rutinitas hidup.
Maka dengan ziarah Makam Raja Mataram, kita akan bersilaturahim dengan abdi dalem, rakyat kecil yang hidupnya bahkan sampai saat ini mengabdi untuk Keraton Mataram.
Venue Makam Raja ada di Kotagede Yogyakarta, bersebelahan persis dengan Masjid Agung Kotagede Mataram. Di sini ada makam Panembahan Senopati, raja Mataram Islam yang pertama, setelah ada suksesi dari Kerajaan Pajang. Juga satu cungkup (satu rumah makam) dengan Ki Juru Mertani, Kyai Penasehat Panembahan Senopati, Ki Pemanahan ayahanda Panembahan, Ki Ageng Nis, dan lain sebagainya.
Bahkan ada makam Ki Ageng Wonoboyo alias Ki Ageng MAngir, menantu sekaligus competitor Mataram ketika itu, di mana separuh badan dimakamkan di luar cungkup, separonya di dalam cungkup.
Sebagai symbol anak menantu, sekaligus musuh.
Venue ke 2 ada di Makam Imogiri, Lha di sini ada makan Sultan Agung Hanyokrokusumo Senopati Hing Ngalogo Sayidin Panotogomo, yang pernah sangat ditakuti oleh kumpeni Belanda. Sejarahnya, Sultan Agung inilah yang menyerang Batavia benteng VOC ketika itu.
Mengingat mati
Ziarah makam juga akan mengingatkan kita kepada kematian dengan sangat kongkret. Bayangken banyak raja telah dimakamkan. Padahal doeloe sangat hebat dan Berjaya. Sekarang semua tinggal kuburannya. Lantas, siapa yang Berjaya, apakah para raja, atau Hyang Pencipta?
Apakah kita masih sombong dengan gelar professor dotor sugeh rojo koyo mblegendu terkenal ampuh kaya raya, dan bahkan para raja pun juga mati?
Ziarah akan membantu kita untuk ingat, ya kita semua akan mati. Bersiaplah sebaik-baiknya.
Hanya 3 amalan yang awet setelah mati; doa anak yang soleh, amal jariah, dan ilmu yang bermanfaat.
Bersedekah, membina keluarga sakinah, dan mengembangkan menularkan ilmu yang bermanfaat.
Semoga pahala mengalir meskipun kita semua kelak mati juga.
Merealisasikan mission impossible
Pernah terbayang bertemu Bung Karno atau Pak Harto semasa beliau masih sugeng (hidup)? Almost impossible, karena kita bukan menteri, bukan parpol, bukan tokoh. Kita adalah rakyat biasa.
Nah, dengan ziarah kubur, panjenengan hebat bisa menemoni kuburan petinggi negara, bahkan raja. Dan semua terdiam apa pun yang kita ucapkan. Kita memaki, kuburan diam. Kita berdoa, kuburan terbungkam.
Maka hal terbaik di kuburan adalah membaca tahlil, tahmid, takbir, bagi khalayak muslim. Dan mengirim doa untuk jenazah kuburan, semoga diberikan jalan lapang, bebas siksa kubur, dan mendapatkan ampunan.
Bukan malah meminta lo ya.... Karena kuburan tidak akan mampu memberikan apa-apa.
Jadi kalau panjenengan ingin bertemu pimpinan sulit sekali, tunggu saja ketika beliau wafat.
Pasti akan mudah menemui beliau.
Yakinlah. Kecuali kalau kita yang mati duluan, ya berarti kita yang akan dikunjungi, kalau sempat juga ya.. Hehehe... intinya dengan ziarah kubur, kita leluasa bertemu para tokoh tanpa dihambat oleh para ajudan yang sangat rempong semasa hidup.
Memahami pesan Bung Karno arti Jasmerah
Bung Karno adalah orang hebat di jamannya. Beliau mewarisi, salah satunya, jargon jas merah. Jangan sekali pun kaleyan melupakan sejarah.
Ziarah kubur akan mereminding adanya sejarah kehidupan jauh sebelum kita hidup.
Ziarah Raja Mataram apalagi. Kisah kehebatan dan kedigjayaan, saat ini tinggal kuburan sepi sepo lir sepah.
Hanya batu nisan yang jauh dari keramaian.
Kirimi doa untuk para pemimpin yang mendahului kita.
Dan ingatlah bahwa ada sejarah yang perlu kita pelajari.
Bahwa kehidupan yang tidak sempat kita lihat, ternyata itu ada dan legacy pun ada di sekitar kita. Jasmerah.
International networking dalam bingkai sejarah
Ziarah raja mataram akan mengingatkan kita adanya jaringan internasional para raja terdahulu.
Kalau raja sekarang tidak ada jaringan internasional, ya mungkin kita tidak tahu saja.
Namun Sultan Agung yang makamnya di Imogiri Bantul Yogyakarta, adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman Turkey, sehingga satu-satunya raja yang pertama kali menggunakan gelar Sultan, padahal biasanya para raja menggunakan gelar Sunan atau Panembahan.
Bendera Ustamni yang disimpan Kraton Yogyakarta juga menjadi bukti adanya jaringan internasional di waktunya.
Meriam yang menghajar VOC di Jakarta, adalah juga bantuan dari Ottoman ketika itu.
Internasional yang ada dalam bingkai sejarah, kita ziarahi ke makam para raja Mataram.
Beramar makruf nahi munkar
Ziarah kubur meminta-minta kepada mayat atau jenazah?
Nah, ini yang perlu diluruskan.
Ziarah makam raja, sekaligus saatnya kita menebarkan paham bahwa ziarah adalah silaturahim, bukan meminta minta kepada kuburan.
Bacaan yang kita sampaikan pun bukanlah permohonan ke jenazah,melainkan permohonan kepada Allah SWT.
Amar makruf mengajak kebaikan, dan nahi munkar menjauhkan dari kemungkaran, syirik dan mempersekutukan Tuhan, dapat kita lakukan dengan meluruskan niat kita manakala kita ziarah kubur.
Beramal soleh jariah dan ilmu bermanfaat
Amal soleh jariah dapat dilakukan dengan berbagi kepada rakyat miskin atau pun rakyat sekitar makam. Saya dan teman-teman bahkan selalu memenuhi keinginan sebagian rakyat,misalnya ada yang memberikan tariff X senilai Rp Y, kami penuhi saja karena belum tentu seumur hidup akan ke situ lagi.
Niatan kami adalah amal jariah sodakoh kepada rakyat, dan bersama itu kami menyampaikan fatwa walaupun hanya satu ayat. Misalnya mengajak shalat berjamaah, dan berbincang hangat tentang enaknya ibadah umroh, dan saling mendoakan semoga semua bisa berhaji.
Dan pastinya kita juga sodakoh sewajarnya kepada masyarakat sekitar.
Nah. Sempatkan seumur hidup minimal sekali saja untuk ziarah makam Raja Mataram. Leluhurnya orang Jawa yang membentang sebaran dari Aceh sampai Papua.
Niatkan untuk ibadah, silaturahim dan beramal salih sehingga pahala akan didapatkan.
Salam sehat selalu, semoga kita semua berlimpah sehat sukses barokah, dunia wal akhirat.
Wassalam (22.02.2022/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H