Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Urgensi BUMD Wisata Maritim, dan Bagaimana Caranya?

23 Januari 2022   12:17 Diperbarui: 23 Januari 2022   13:15 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kliping BPost Cetak Edisi 22 Januari 2022 (Dokpri) 

Dengan tujuan memperluas sosialisasi, artikel ini saya kutipkan langsung dari publikasi saya di Harian Banjarmasin Post. Kampanye wisata oleh Presiden Jokowi perlu didukung dengan ide pengembangan dan pelaksanaan di lapangan. Bagaimana ceritanya?

Masih fresh from the oven, Presiden Jokowi meluncurkan InJourney pada pertengahan Januari 2022 di Lombok yang akan melibatkan Holding BUMN Sektor Pariwisata yakni PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Pengembang Pariwisata Indonesia (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (Persero), dan PT Sarinah (Persero).

Dengan target ambisius 17 juta kunjungan wisatawan manca negara  (wisman), 330 juta wisatawan nusantara (wisnu), diharapkan sector industry wisata akan mampu berkontribusi kepada negara sebanyak 4,5% dari produk domestic bruto (PDB), dan menyerap 13 juta lapangan kerja. 

Di era new normal post pandemic Covid19 yang belum usai dengan tamu baru bernama virus omicron, maka target tersebut memerlukan tantangan tersendiri dari sisi penegakaan protocol kesehatan dan disiplin semua pemangku kepentingan untuk patuh dan taat protocol.

Lantas, bagaimana yang bisa kita sumbangkan ide pemikiran untuk meningkatkan arus wisatawan di Provinsi Kalimantan Selatan pada umumnya, dan Kota Banjarmasin pada umumnya?

WISATA MARITIM 

Semua orang sudah tahu bahwa Banjarmasin adalah Kota Seribu Sungai. Permasalahannya adalah, apakah semua pemangku kepentingan aware untuk secara konsisten mempertahankan dan meningkatkan daya tarik potensi wisata maritime ini?

Kekayaan alam lingkungan, produk ikan dan hutan basah Kalimantan dengan ragam anggrek, bekantan yang endemic  atau bahkan hanya ada di Kalimantan, adalah sebagian bukti bahwa Banjarmasin adalah Kota Wisata yang masih tertidur.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa kita perlu merekonstruksi pemikiran dalam konteks meningkatkan wisata maritime di Banjarmasin.

Pertama, Banjarmasin adalah sebuah peradaban lama yang sudah kesohor di masa lampau. Peradaban sungai dan kemaritiman, adalah ikonik Banjarmasin yang perlu untuk terus dikampanyekan. Bilamana perlu, juga penting untuk di-insert ke dalam kurikulum Pendidikan Kampus Merdeka Merdeka Belajar, di mana pemahaman siswa, mahasiswa, bahkan dosen sekalipun penting untuk ditingkatkan terkait dengan sejarah panjang Peradaban Maritim Banjarmasin.

Kedua, Banjarmasin adalah jejak peradaban keraton Nusantara, yakni Kesultanan Banjarmasin, yang sampai saat ini dapat dikatakan belum proaktif untuk terlibat dalam industry wisata maritime. Jaringan masa lampau ke Belanda semasa kolonialisme, dan jaringan Kerajaan Nusantara, idealnya adalah sebuah argumentasi yang sangat kuat untuk meningkatkan peran Kesultanan Banjarmasin dalam upaya meningkatkan daya Tarik wisata maritime Kalimantan Selatan. Tokoh-tokoh heroic seperti Pangeran Antasari, Demang Leman,  Jenderal Hasan Basri, yang adalah juga pahlawan nasional, akan menambah daya Tarik wisata maritime Banjarmasin dan atau Kalimantan Selatan.

Wisatawan yang peduli sejarah, pasti akan bertanya di manakan situs Kesultanan Banjarmasin yang tersohor di jamannya itu? Adakah jejak peradaban yang bisa dikunjungi dan dipelajari? Adakah karya literasi yang masih terawetkan hingga saat ini?

Ketiga, kekayaan alam yang berlimpah masih belum dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di bidang maritime. Sebagaimana diketahui, alur Sungai Barito membawa komoditas alam yang masih sangat seksi saat ini yakni batubara. Nilainya sangat spektakuler, sebab asumsikan saja ada produk eksplorasi batu bara sebanyak 1 juta metric ton, harga komoditasnya 120 US $, maka ada sirkulasi uang tidak kurang dari 120 juta US$.

Bagaimana jika volume batu bara tersebut setiap tahunnya lebih dari 10 juta metric ton? Wow wow..., silakan pebisnis menghitung sendiri. Penulis di sini hanya terinspirasi, bagaimana jika dari pendapatan nasional atas komoditas alam tersebut, juga dialokasikan untuk pengembangan industry wisata maritime. Anggaplah dipungut 1% dari total revenue, ini adalah hitungan awam, maka akan diperoleh dana tidak kurang dari 1,2 juta US$ setiap tahun dari sirkulasi uang 120 juta US$. Jika 4 kali, ya tinggal dikalikan.

Dana tersebut dapat digunakan untuk memberikan beasiswa Putra Kalsel Berprestasi yang studi di bidang Maritim, misalnya Nautikal, Fisheries, atau Tata Laksana. Selain itu juga dapat untuk pengembangan sarana dan prasarana wisata kemaritiman. Atau peningkatan Bahasa asing untuk petugas terkait wisata.

BUMD DAN FOKUS INDUSTRI WISATA MARITIM

Lantas, bagaimana tindak lanjut kongkret atas gagasan yang berkembang dimaksud?

Secara kongkret, dapat dibentuk BUMD (Badan Usaha Milik  Daerah) dengan focus tiga hal yakni;

Pertama, pemetaan potensi wisata sekaligus memproyeksikan potensi pendapatan yang dapat digali. Pendapatan ini tidak harus pendapatan langsung (direct revenue), melainkan juga indirect revenue atau multiplier effect ( dampak berganda) atas keberadaan objek wisata maritime. Misalnya tumbuhnya industry penginapan, transportasi, permakanan dan kulineri, souvenir, dan bahkan sampai bergeraknya transportasi lintas pulau baik laut darat maupun udara.

Sebagai contoh pegembangan wisata mairim, dapat  dibentuk  Museum Maritim atau Pusat Kota Maritim. Eksisting sebenarnya ada Sahabat Bekantan Indonesia yang memiliki pusat konservasi Habitat Bekantan di Pulau Curiak. Ini dapat dioptimalkan sebagai salah satu ikon Wisata Maritim Kalimantan Selatan.

Dalam Tata Kelola Organisasinya, dapat dibentuk BUMD yang akan lebih khusus menangani sektor komersial sekaligus menggali dana pengembangan lingkungan.

BUMN dengan Fokus Industri Wisata Maritim, sejauh ini jarang ada kecuali justru BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) misalnya di Gresik, Klaten, Pariaman Sumatera, dan lain sebagainya yang justru diinisiasi oleh pejabat setingkat Kepala Desa dan terbukti bisa sukses menghasilkan karya dan dana. Maka gagasan mengenai BUMD Wisata Maritim untuk Kalimantan Selatan adalah rasional dan sangat operasional, artinya bisa dijalankan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada model BUMDES Wisata di banyak kota sebagaimana sudah kita sebutkan.

Kedua, setelah dipetakan maka dapat ditindaklanjuti dengan pendakatan benchmarking. Artinya tata kelola BUMD Wisata tidak harus sama sekali baru, namun mengembangkan model BUMD atau BUMDES lain yang sudah dahulu mencapai sukses. Jika BUMD dibentuk setingkat provinsi, maka cakupan adalah provinsi Kalimantan Selatan. Jika BUMD wilayah Kota/Kabupaten, maka akan semakin banyak BUMD yang dapat dibentuk.


Sepanjang tidak memberatkan anggaran pemerintah atau APBN/APBD, semakin banyak BUMD Wisata maka akan berpacu dalam kreativitas dan inovasi yang akan dilakukan.

Ketiga, adalah langkah yang paling berat yakni melaksanakan gagasan. Ini yang memerlukan keteguhan, perjuangan, dan sinergi kolaboratif semua pemangku kepentingan. Apakah mudah, pastinya memerlukan hasrat dan kehendak yang kuat dengan disertai tindakan nyata. Tindakan-tindakan kecil namun bermakna adalah juga bagaimana memposting sebanyak mungkin objek wisata menarik di Kalimantan Selatan, baik melalui media social maupun media massa cetak dan online.


Dengan kata lain, bersinergi dengan jurnalis wisata atau umum, juga penting untuk meningkatkan dan mengedukasi masyarakat terhadap objek wisata maritime. Sekarang, mari kita lakukan. (***)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan spesifikasi sbb: 

OPINI, BANJARMASIN POST

URGENSI BUMD WISATA MARITIM  KALSEL  TINGKATKAN ARUS WISATAWAN PASCA PANDEMIK

Oleh : Dr. Nugroho Dwi Priyohadi, MSc.

Alumnus Port Management WMU Swedia, S3 Psikologi Industri Universitas Airlangga,

 dan Dosen STIAMAK Barunawati Surabaya

Diperbolehkan mengutip dengan citasi :

1) Banjarmasin Post edisi cetak 22 Januari 2022 Halaman Opini sebagaimana foto di ilustrasi artikel Kompasiana ini. 

2) Kompasiana.com 

An:  Nugroho Dwi Priyohadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun