Rujukan atau sitasi memang sulit-sulit gampang tapi tetap sulit namun ya bisa gampang. Sebab cara mengutip akan ditentukan dengan jam terbang dan fleksibilitas dalam menggunakan kata dan kosa yang dimiliki.
Kalimat aktif dibuat kalimat pasif, menyisipkan kata yang membantu menjelaskan maksud kalimat, juga membantu penulis untuk terhindar dari jebakan plagiarisme.
Rujukan atau sitasi yang benar akan meningkatkan kualitas tulisan, alih-alih dianggap kebanyakan mengutip. Namun demikian juga penulis perlu untuk merangkai kalimat yang memang ditentukan oleh pengalaman dan pembelajaran para penulisnya.
(2) Jangan terpesona dengan artikel lain sampai lupa melakukan parapfrase.
Arti singkat simpel dari parafrase adalah menggunakan kalimat sendiri untuk menjelaskan maksud dari objek tertentu. Kalau mahasiswa rajin menyimak atau bahkan merekam penjelasan dosen, maka itu bisa digunakan sebagai kalimat untuk menjelaskan sesuatu objek bahasan.
Maka kemampuan mahasiswa menyimak penjelasan dosen juga akan menentukan kemampuan parafrase dalam penulisan makalah atau karya tulis.
(3) Gunakan aplikasi Turnitin atau aplikasi anti plagiarisme sejenisnya.
Nah kalau ini lebih baku dan cenderung mematikan bro sis.... utamanya kalau mau publikasi jurnal ya mau tidak mau harus dengan program aplikasi khusus seperti Turnitin.
Tujuannya ya mengecek makalah atau artikel apakah sudah dalam batas toleransi plagiat, atau sudah melebihi. Ada yang membuat standart minimal 20%, atau juga yang strik antara 5 - 15% maksimal dalam kategori plagiat menurut algoritme aplikasi.
BAhkan ada dosen yang masih mewajibkan tulisan tangan di UTS atau UAS untuk menghindari plagiarisme.