Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mencari Jin di Malmo (2)

11 Februari 2021   09:29 Diperbarui: 11 Februari 2021   10:07 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Swedia, dan beberapa juga di Eropa lainnya, digunakan untuk menggiling gandum. tentu saja sekarang tinggal monumen-nya.Kesempatan ini terbilang langka karena meskipun kami setiap hari melewati Wind mills tersebut, tidak ada kesempatan untuk masuk ke dalam.

Ini tiba-tiba ada sekelompok anak-anak seusia SD SMP yang masuk ke sana.Celingak celinguk sebentar, takut disuruh bayar mahal,kami pun masuk.

Sekira interior banyak dari kayu. Maksimal orang masuk hanya boleh 30 orang. Mungkin karena usianya yang sangat tua. Dibangun tahun 1825 an. Hah.., entah dimana aku ketika itu, masih di awang-awang terbang, atau di surga bersemayam bersama ruh lainnya. 

Anak-anak bule tadi rupanya dari Ukrania. Mereka mendapatkan kesempatan wisata musim panas, sebagai bagian dari promosi pemerintah Swedia dalam menjalin persahabatan antar Eropa.

Gedung sekolah ketika musim salju (Dokpri) 
Gedung sekolah ketika musim salju (Dokpri) 

Jadi, semacam pertukaran wisata; remaja Swedia pergi ke negara Eropa lain(Ukrania), dan mereka ke sini. 

Di tahun 2021 ini, selepas era pandemi Covid19, sudah seharusnya pemda saling bekerja sama untuk saling bertukar pelajar sehingga jiwa kesatuan Nusantara akan didapatkan. Jadi tidak sekedar darma wisata, atau studi wisata, namun juga pembelajaran budaya setiap suku bangsa dan wilayah kita. Koran gratis juga tersedia di banyak tempat sudut taman kota. Metro, koran yang tahun 2005 sudah dibagi gratis, semacam leaflet penuh iklan dengan berita terupdate hari itu. 


Kembali ke Malmo, saya selalu berbangga dengan kamera yang masih baru kumiliki. Hahaha..., mesti pertama kali yang aku perhatikan dari bule pas wisata adalah kameranya. 

Sombong juga nih aku, karena selalu aku bandingkan dengan kamera digitalku made in asli Japan hasil budi baik kawan baikku: hanung hamboro. Pasti, batinku, bule itu kameranya manual. Tidak dijamin bule akrab dengan kamera digital. Ketika itu lo, tahun 2005. Saya sudah punya kamera digital bertele jarak jauh, bule-bule masih cekrak cekrek dengan kamera manual. 

Hehehe..., benar juga. Meski kami mengambil foto dengan kamera kecil miliki Arief dan bukan kamera besarku, dalam hati kecilku tertawa juga. Tidak selalu bule lebih oke ketimbang kita. Paling tidak, kameraku lebih bagus. hehehe....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun