Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mencari Jin di Malmo (2)

11 Februari 2021   09:29 Diperbarui: 11 Februari 2021   10:07 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pistol ditekuk di depa stasiun kereta api Malmo, simbol damai anti kekerasan (Foto: Dokpri)

Kisahku bertemu jin di Yogyakarta, sebenarnya masih belum selesei. Saya akan mengutipkan kliping cerita lama dulu, tentang jin lain, tentang musim panas di Malmo, kota terbesar ke 3 di Swedia setelah  STockholm dan Gothenburg.  Walahh..., bagaikan terlempar weh.... 16 tahun yang lalu.  Musim panas di Malme, atau Malmo, atau Malm, aksen bahasa Skandinavia - Swedish, sebagaimana negara lain punya bahasa sendiri yakni Norwegia, Finnish, Dannish, dan Islandia. 

Seperti yang diketahui, Swedia adalah negara Skandinavia dengan ribuan pulau pesisir dan danau pedalaman, bersama dengan hutan boreal yang luas dan pegunungan glasial. Kota utamanya, ibu kota timur Stockholm dan barat daya Gothenburg dan Malm, semuanya pesisir. Stockholm dibangun di atas 14 pulau. Ini memiliki lebih dari 50 jembatan, serta kota tua abad pertengahan, Gamla Stan, istana kerajaan dan museum seperti Skansen terbuka. Kalau kita masuk ke Malmo, maka akan banyak danau, taman kota, makam yang bisa dilewati dengan leluasa, tidka angker atau jumpalitan susunanya seperti makam di desa-desa kita.

Mencari Jin 

Yang paling menyebalkan di musim panas adalah tumbuh biaknya hewan serangga dan sejenisnya. Tgl 14 juli2005 ini jam 22.40 untuk pertama kalinya aku digigit nyamuk di siku tanganku. Gila, aku perhatikan kakinya belang-belang. Ini artinya nyamuk malaria. Moga-mogasaja tidak membawa benih malaria. Jendela memang aku buka lebar-lebar, karena udara panas gerah. Suhu luar berkisar 30 derajat celcius. 

Menu kebab yang maknyus dengan koran metro Malmo yang tersedia gratis di sudut-sudut kota (Foto: Dokpri) 
Menu kebab yang maknyus dengan koran metro Malmo yang tersedia gratis di sudut-sudut kota (Foto: Dokpri) 

Semut-semut juga berjajaran di sudut dapur.Hewan-hewan tropis ini mungkin terbawa terbang dari Indonesia numpang gratis di bekal makananku.

Beberapa hari yang lalu malah lalat hijau terbangmembisingkan telinga di siang hari. Juga serangga mirip belalang kecil, yang kalao di Indoensia disebut Walang sangit karena baunya yang sangit itu. Entah disini.

Entah pula bagaimana mereka menetas di musim panas, setelah dipenjara oleh alam musim dingin yang sering bersuhu minus di Malm. Serba entah, karena situasi agak mengherankan, musim dingin berlalu yang suasana beku, digantikan musim panas yang hampir semua serangga bermunculan di mana-mana. 

Tadi sing di taman sebelah utara Universitas Maritime aku bertiga dengan Arief Jakarta, SInta Solo dan Kumar India mendapatkan kesempatan langka; masuk ke Windmills, yang kalo di Amsterdam adalah Kincir Angin untuk irigasi.


Di Swedia, dan beberapa juga di Eropa lainnya, digunakan untuk menggiling gandum. tentu saja sekarang tinggal monumen-nya.Kesempatan ini terbilang langka karena meskipun kami setiap hari melewati Wind mills tersebut, tidak ada kesempatan untuk masuk ke dalam.

Ini tiba-tiba ada sekelompok anak-anak seusia SD SMP yang masuk ke sana.Celingak celinguk sebentar, takut disuruh bayar mahal,kami pun masuk.

Sekira interior banyak dari kayu. Maksimal orang masuk hanya boleh 30 orang. Mungkin karena usianya yang sangat tua. Dibangun tahun 1825 an. Hah.., entah dimana aku ketika itu, masih di awang-awang terbang, atau di surga bersemayam bersama ruh lainnya. 

Anak-anak bule tadi rupanya dari Ukrania. Mereka mendapatkan kesempatan wisata musim panas, sebagai bagian dari promosi pemerintah Swedia dalam menjalin persahabatan antar Eropa.

Gedung sekolah ketika musim salju (Dokpri) 
Gedung sekolah ketika musim salju (Dokpri) 

Jadi, semacam pertukaran wisata; remaja Swedia pergi ke negara Eropa lain(Ukrania), dan mereka ke sini. 

Di tahun 2021 ini, selepas era pandemi Covid19, sudah seharusnya pemda saling bekerja sama untuk saling bertukar pelajar sehingga jiwa kesatuan Nusantara akan didapatkan. Jadi tidak sekedar darma wisata, atau studi wisata, namun juga pembelajaran budaya setiap suku bangsa dan wilayah kita. Koran gratis juga tersedia di banyak tempat sudut taman kota. Metro, koran yang tahun 2005 sudah dibagi gratis, semacam leaflet penuh iklan dengan berita terupdate hari itu. 


Kembali ke Malmo, saya selalu berbangga dengan kamera yang masih baru kumiliki. Hahaha..., mesti pertama kali yang aku perhatikan dari bule pas wisata adalah kameranya. 

Sombong juga nih aku, karena selalu aku bandingkan dengan kamera digitalku made in asli Japan hasil budi baik kawan baikku: hanung hamboro. Pasti, batinku, bule itu kameranya manual. Tidak dijamin bule akrab dengan kamera digital. Ketika itu lo, tahun 2005. Saya sudah punya kamera digital bertele jarak jauh, bule-bule masih cekrak cekrek dengan kamera manual. 

Hehehe..., benar juga. Meski kami mengambil foto dengan kamera kecil miliki Arief dan bukan kamera besarku, dalam hati kecilku tertawa juga. Tidak selalu bule lebih oke ketimbang kita. Paling tidak, kameraku lebih bagus. hehehe....

Nah, setelah masuk dan wira-wiri di gedung tua termasuk kastil-kastil di Malmo, saya juga sangat berhasrat bulan segera masuk Agustus. Sebab, bulan itu adalah bulan festival musim panas, dan pelajar biasanya akan mencari jin di Malmo.

Ya maksudnya adalah blue jean, bekas tapi masih bagus. Branded pula. Dilondry dan diseterika yang panas, akan mensterilkan jamur dalam jin dari second hand shop tersebut. 

 Ya, sebentar lagi sekira bulan Agustus ada Festival Malm. Banyak atraksi seni di sini. Setelah di Malm ada juga International Day, Festival malm adalah semacam puncak kegembiraan warga atas datangnya musim panas.Anak-anak kecil untuk pertama kalinya diajari jualbeli.

Mereka dibawa ke tanah lapang, dan menjual barang koleksi mereka; mainan, boneka, baju sepatu,dan beragam koleksi anak-anak dengan harga miring.Sekitar 5 ribuan sampai 20 an ribu rupiah dengan kualitas yang masih bagus.

Yang menarik, tahun lalu aku sempat juga mendatangi pasar anak-anak ini. Ibu-nya membolehkan aku tawar 10 kroner (sekitar 12 an ribu rupiah), eh... anaknya yang ngotot tidak boleh. Lantas aku tertawa. Si Ibu itujuga ikut tertawa. Dasar bule Swedia... tertawanya membuat makin kelihatan cantik saja... hehehe. PAsti gur ta batin, hora wani ngomong dunk, basanya juga mereka Swedish dan kita pakai Inggris-inggrisan saja. 

Akhirnya dinegosiasi ulang. Harga pun kalo cocok,barang terbeli. Kalo tidak, ya masih banyak penjual lainnya.

Di Folkert Park dan Drotningatan, juga ada pasar seken hand. Folkert Park buka hari Sabtu, Drotning buka hari Minggu. Yang ini penjualnya orang dewasa. Beberapa malah nenek nenek dan kakek-kakek. barang yang dijualjuga lebih variasi; mulai souvenir lama, sepatu, baju,komputer, perangko, kristal, printer, jaket, alat masak, sampai sepeda pun kadang ada.

Anehnya, kami kadang ketemu sepatu bekas merk NIKE atau ADIDAS bahkan Reebook yang masih bagus. Lha,ternyata di stikernya: Made In Indonesia. Karena harga murah sekira 20an ribu rupiah, atau 17kroner, ya beli juga.

Gombal juga, batinku. Sepatu baru buatan negaraku, bekasnya kami yang pake. Yo wisben, kan tidak tiap hari, begitu alasan kami. harga aslinya mencapai ratusan ribu rupiah. Sekarang mah di atas 3 jutaan yes yang branded. 

Sementara,sepatu bekas entah apa mereknya di toko seharga 1200kroner, atyau sekitar 1,5 juta rupiah, di pasar bekas itu harganya sekitar 200an ribu rupiah. Ada juga yang mau beli. Penjualnya variatif, baik Swedish maupun migran dari Polandia, Timur Tengah, Bosnia, Afghanistan, Irak,Kroasia, Yugoslavia (Makedonia), Denmark, dll.

Pembelinya ya banyak juga, kalo student ya macam China, indonesia, Thailand, Afrika, Mongolia, Vietnam,dll. Begitu musim panas berakhir, sekira september, semua pasar tadi tutup. Ya karena musim dingin akan tiba.

Musim dingin, kota Malm jadi senyap kembali. Semua orang sibuk dengan hawa dingin; mulut terkatup, tangan masuk saku jaket, jalan cepat-cepat ingin segera masuk kamar.Hawa dingin menyiksa. Bibir pun bisa pecah karenanya.

Untunglah, saat ini musim panas masih akan lama.Tetangga apartemen kami masih main basket di lapangan terbuka sampai jam 10 malam. Bak buk bak buk. Ya, sebab magribnya saja jam 2150. Sementara, jam segitu suasana masih terang benderang.

Alhamdulillah, pencarian jin di malmo masih belum berhasil. Sudah keduluan student yang lain, sehingga masih harus berburu di musim panas tahun depan. Pertanyaannya, apakah musim panas tahun depan kami masih bisa stay di sini? Bisa kalau visa diperpanjang dan terus stay sampai permanent resident. Wah.. tambah suwiii... (11.02.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun