Nah, pada tanggal 19 Januari yang lalu ada siaran pers terkait Kraton Yogyakarta. Beredar berita di kalangan jurnalis bahwa : Sebuah surat berbahasa Jawa diterima wartawan melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (19/1/2021) bertuliskan Bab II dengan tulisan di bawahnya terbaca Gusti Kanjeng Ratu Bendara.
Surat tersebut dibuat pada 2 Desember 2020, ditandatangani Hamengku Bawono Ka 10 yang isinya mengganti jabatan GBPH Prabukusumo di Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Kraton Yogyakarta sebagai Penggedhe digantikan GKR Bendara. (lihat: krjogja.com)
Selidik punya selidik, ternyata posisi rayi dalem (adik Sultan HB X) sebagai panggedhe atau pemimpin Kawedanan tersebut di Yogya digantikan oleh putri Sultan HB X yakni GKR Bendara (Gusti Kanjeng Ratu). Namun, yang bertanda tangan adalah Hamengku Bawono Ka-10.
Ada Apa Kraton Yogya
Sejarah panjang Kraton Mataram sepertinya akan ada episode baru. Apakah tandanya Kraton akan punya Ratu, dan bukan Raja, sehingga pemimpin puncaknya adalah seorang wanita?
Sebagian besar warga Yogya sangat menghormati Kraton, sehingga bisa dikatakan itu adalah urusan internal kraton yang memang internal. Namun bagi yang merasa ikut melihat sejarah, maka bisa jadi ini adalah sejarah baru. Sebuah kraton yang dalam berdirinya bernuansa Islam, dengan raja adalah laki-laki, ada kemungkinan ini berkembang menjadi berbeda, atau dianggap sama namun bisa beda.
Bingung juga kan, sebab apakah nomenklatur (istilah) Hamengkubuwono itu akan disamakan dengan Hamengku Bawono, maka ya para ahli hukum dan sejarah yang berkompeten untuk ikut urun rembug.
Saya yang warga Yogya hanya bertanya, ada apa ya Kraton kok langit spiritualnya bernuansa beda?
Apakah mungkin karena patung prajurit Kraton sudah mengepung kota Yogya, coba perhatikan di kawasan Tamansiswo, Tirtodipuran, Prawirotaman, Daengan, dan titik-titik tertentu "bersembunyi" patung-patung prajurit kraton lengkap dengan senjata tombaknya. Patung-patung ini berdiri baru di era sekarang, karena tradisi kerajaan muslim tidak nyaman dengan patung atau visualisasi makhluk hidup. Makanya dalam sejarah, Mataram tidak mengenal patung prajurit, bahkan tidak ada patung raja dan sebagainya.
Wallahu'alam, kita tidak mengetahui ada apa di balik itu semua. Kerajaan Yogyakarta adalah benteng terakhir Kraton yang punya Raja dengan kekuasaan nyata, yakni juga sebagai gubernur, maka harapan awam adalah semoga Kraton Mataram Yogyakarta akan tetap lestari eksis berdiri nguri-nguri budaya luhur sehingga anak cucu tetap dapat melihat nyata kerajaan di akhir zaman ini.