Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanda-tanda Kraton Jogja

23 Januari 2021   21:01 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:01 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama  rekan ziarah makam Panembahan Senopati di Kotagede (Dokpri)

Nah, pada tanggal 19 Januari yang lalu ada siaran pers terkait Kraton Yogyakarta. Beredar berita di kalangan jurnalis bahwa : Sebuah surat berbahasa Jawa diterima wartawan melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (19/1/2021) bertuliskan Bab II dengan tulisan di bawahnya terbaca Gusti Kanjeng Ratu Bendara.

Surat tersebut dibuat pada 2 Desember 2020, ditandatangani Hamengku Bawono Ka 10 yang isinya mengganti jabatan GBPH Prabukusumo di Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Kraton Yogyakarta sebagai Penggedhe digantikan GKR Bendara. (lihat: krjogja.com)

Selidik punya selidik, ternyata posisi rayi dalem (adik Sultan HB X) sebagai panggedhe atau pemimpin Kawedanan tersebut  di Yogya digantikan oleh putri Sultan HB X yakni GKR Bendara (Gusti Kanjeng Ratu). Namun, yang bertanda tangan adalah Hamengku Bawono Ka-10.

Ada Apa Kraton Yogya 

Sejarah panjang Kraton Mataram sepertinya akan ada episode baru. Apakah tandanya Kraton akan punya Ratu, dan bukan Raja, sehingga pemimpin puncaknya adalah seorang wanita?

Sebagian besar warga Yogya sangat menghormati Kraton, sehingga bisa dikatakan itu adalah urusan internal kraton yang memang internal. Namun bagi yang merasa ikut melihat sejarah, maka bisa jadi ini adalah sejarah baru. Sebuah kraton yang dalam berdirinya bernuansa Islam, dengan raja adalah laki-laki, ada kemungkinan ini berkembang menjadi berbeda, atau dianggap sama namun bisa beda.

Bingung juga kan, sebab apakah nomenklatur (istilah) Hamengkubuwono itu akan disamakan dengan Hamengku Bawono, maka ya para ahli hukum dan sejarah yang berkompeten untuk ikut urun rembug.

Saya yang warga Yogya hanya bertanya, ada apa ya Kraton kok langit spiritualnya bernuansa beda?

Saya bersama  rekan ziarah makam Panembahan Senopati di Kotagede (Dokpri)
Saya bersama  rekan ziarah makam Panembahan Senopati di Kotagede (Dokpri)

Apakah mungkin karena patung prajurit Kraton sudah mengepung kota Yogya, coba perhatikan di kawasan Tamansiswo, Tirtodipuran, Prawirotaman, Daengan, dan titik-titik tertentu "bersembunyi" patung-patung prajurit kraton lengkap dengan senjata tombaknya. Patung-patung ini berdiri baru di era sekarang, karena tradisi kerajaan muslim tidak nyaman dengan patung atau  visualisasi makhluk hidup. Makanya dalam sejarah, Mataram tidak mengenal patung prajurit, bahkan tidak ada patung raja dan sebagainya. 

Wallahu'alam, kita tidak mengetahui ada apa di balik itu semua. Kerajaan Yogyakarta adalah benteng terakhir Kraton yang punya Raja dengan kekuasaan nyata, yakni juga sebagai gubernur, maka harapan awam adalah semoga Kraton Mataram Yogyakarta akan tetap lestari eksis berdiri nguri-nguri budaya luhur sehingga anak cucu tetap dapat melihat nyata kerajaan di akhir zaman ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun