Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanda-tanda Kraton Jogja

23 Januari 2021   21:01 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:01 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prajurit Bugisan, dan banyak patung prajurit di kawasan Yogya (Foto: kratonjogja.id) 

Ada apa dengan kraton Yogyakarta? Setelah ada interpretasi beragam,  (selegenje - ungkapan yang menimbulkan tanya), yakni apakah nama yang asli itu Hamengkubuwono, atau kah Hamengku Bawono? Serba penuh pertanyaan karena menyangkut keluarga Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopati Hing Ngalogo Sayidin Panotogomo Hingkang Jumeneng Hing Tanah Jowo.

Kraton Yogya punya sejarah panjang sampai saat ini masih eksis dengan raja yang juga gubernur DIY, Pak Sultan, atau Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan sempat ada info-info seperti perubahan nama menjadi Hamengku Bawono. Wah, gimana ceritanya nih.... Kok ada info pemberhentian jabatan internal kraton oleh Pak Sultan? 

MATARAM AWAL 

Berdiri pada abad 16 oleh Ki Ageng Pemanahan, situ sejarah yang nyata adalah makam Raja Mataram Islam di Kotagedhe Yogyakarta. Mataram Islam terpecah menjadi 2 yakni Kasultanan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan  Surakarta Hadiningrat melalui Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755. Mataram ini memang dikenal sebagai Mataram Islam, untuk membedakan dengan kerajaan Mataram Kuno  yang beribukota di Medang Kamulan jaman Empu Sendok di Abad VIII. Nah, 8 abad berikutnya berdiri Mataram Islam yang bercabang 2 di era sekarang yakni Yogya dan Solo. 

Masa kejayaan Mataram di tangan Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang penuh nyali berani menyerbu Batavia pad atahun 1628 dan 1629, meskipun situasi kocar-kacir karena selain logistik dihancurkan oleh Belanda, juga strategi dan persenjataan kumpeni lewat Gubernur Jenderal JP Coen juga masih sangat kuat. Namun tradisi inteletual sempat mencapai masa kejayaan, dimana kalender Jawa pada jaman Sultan Agung diintegrasikan dengan kalender tahun Hijriah, banyak pesantren didirikan,  naskah Arab ke Jawa, dan pesantren banyak didirikan.

Dengan perjanjian Giyanti, Mataram Islam dipecah menjadi 2 yakni Yogya dengan raja pertama adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I, dan di Surakarta atau Solo raja pertama adalah Sri Susuhunan Pakubuwono I.

Yogya Saat Ini 

Tokoh Mataram Yogya yang melegenda dan nyata di republik adalah Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Sri Sultan Hamengkubowo IX Sayidin Panotogomo Hingkang Jumeneng Kaping Songo. Artinya beliau adalah raja ke 9 dalam silsilah Kraton Yogya, pernah menjadi wapres di jaman Pak Harto, termasuk peran penting dalam Serangan Umum 1 Maret yang legendaris itu. Sri Sultan HB IX, demikian beliau lazim disebut, sangat dekat dengan rakyat termasuk meminjamkan kraton untuk kuliah awal awal Universitas Gadjah Mada, dan juga mengijinkan tanah kraton untuk kampus Bulaksumur UGM saat ini. 

Almarhum dilanjutkan tahtanya kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang adalah putra almarhum HB IX yang dulunya bernama Pangeran Mangkubumi, atau nama kecilnya adalah Bendoro Raden Mas Herjuno Darpito yang saat ini juga sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Istimewa karena sejarahnya memang justru Kraton Yogyakarta adalah "bergabung" dengan RI yang diproklamasikan Soekarno, sehingga diberikan status istimewa. 

BRM Prabukusumo, adik Sri Sultan HB X (Foto: krjogja.com)
BRM Prabukusumo, adik Sri Sultan HB X (Foto: krjogja.com)

Nah, pada tanggal 19 Januari yang lalu ada siaran pers terkait Kraton Yogyakarta. Beredar berita di kalangan jurnalis bahwa : Sebuah surat berbahasa Jawa diterima wartawan melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (19/1/2021) bertuliskan Bab II dengan tulisan di bawahnya terbaca Gusti Kanjeng Ratu Bendara.

Surat tersebut dibuat pada 2 Desember 2020, ditandatangani Hamengku Bawono Ka 10 yang isinya mengganti jabatan GBPH Prabukusumo di Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Kraton Yogyakarta sebagai Penggedhe digantikan GKR Bendara. (lihat: krjogja.com)

Selidik punya selidik, ternyata posisi rayi dalem (adik Sultan HB X) sebagai panggedhe atau pemimpin Kawedanan tersebut  di Yogya digantikan oleh putri Sultan HB X yakni GKR Bendara (Gusti Kanjeng Ratu). Namun, yang bertanda tangan adalah Hamengku Bawono Ka-10.

Ada Apa Kraton Yogya 

Sejarah panjang Kraton Mataram sepertinya akan ada episode baru. Apakah tandanya Kraton akan punya Ratu, dan bukan Raja, sehingga pemimpin puncaknya adalah seorang wanita?

Sebagian besar warga Yogya sangat menghormati Kraton, sehingga bisa dikatakan itu adalah urusan internal kraton yang memang internal. Namun bagi yang merasa ikut melihat sejarah, maka bisa jadi ini adalah sejarah baru. Sebuah kraton yang dalam berdirinya bernuansa Islam, dengan raja adalah laki-laki, ada kemungkinan ini berkembang menjadi berbeda, atau dianggap sama namun bisa beda.

Bingung juga kan, sebab apakah nomenklatur (istilah) Hamengkubuwono itu akan disamakan dengan Hamengku Bawono, maka ya para ahli hukum dan sejarah yang berkompeten untuk ikut urun rembug.

Saya yang warga Yogya hanya bertanya, ada apa ya Kraton kok langit spiritualnya bernuansa beda?

Saya bersama  rekan ziarah makam Panembahan Senopati di Kotagede (Dokpri)
Saya bersama  rekan ziarah makam Panembahan Senopati di Kotagede (Dokpri)

Apakah mungkin karena patung prajurit Kraton sudah mengepung kota Yogya, coba perhatikan di kawasan Tamansiswo, Tirtodipuran, Prawirotaman, Daengan, dan titik-titik tertentu "bersembunyi" patung-patung prajurit kraton lengkap dengan senjata tombaknya. Patung-patung ini berdiri baru di era sekarang, karena tradisi kerajaan muslim tidak nyaman dengan patung atau  visualisasi makhluk hidup. Makanya dalam sejarah, Mataram tidak mengenal patung prajurit, bahkan tidak ada patung raja dan sebagainya. 

Wallahu'alam, kita tidak mengetahui ada apa di balik itu semua. Kerajaan Yogyakarta adalah benteng terakhir Kraton yang punya Raja dengan kekuasaan nyata, yakni juga sebagai gubernur, maka harapan awam adalah semoga Kraton Mataram Yogyakarta akan tetap lestari eksis berdiri nguri-nguri budaya luhur sehingga anak cucu tetap dapat melihat nyata kerajaan di akhir zaman ini. 

Semoga selamat sejahtera semuanya... (23.01.2021/Endepe)

link untuk mengecek berita wonten mriki :

krjogja.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun