Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Curiak Island, Bekantan semakin lestari

11 Januari 2021   20:56 Diperbarui: 11 Januari 2021   21:20 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekantan induk dan bayi yang baru lahir, bayi biasanya lahir dengan warna gelap meski besarnya menjadi blonde (Kredit Foto: Fery Lens) 

Pernah mendengar Pulau Curiak ? Saya yakin kebanyakan belum.  Padahal di pulau ini nasib bekantan akan ditentukan, gerak para pejuang lingkungan hidup untuk melestarikan binatang eksotik yang hanya ada di bumi Kalimantan. 

Pulau di hamparan Sungai Barito Banjarmasin ini, sekarang semakin sibuk dengan upaya konservasi Bekantan. Alias monyet si hidung panjang, atau yang menamakannya Monyet Belanda. Ya karena bulunya blonde, hidungnya mancung banget sampai meleleh ke mulutnya, dan jika menua maka hidung akan memanjang yang berisiko menutup saluran pernafasan Bekantan, dan tewaslah monyet ini karena faktor usia. Tahun 1990 Bekantan ditetapkan sebagai ikon Kalsel, dan sampai sekarang hanya hidup di Kalimantan sehingga binatang ini sangat dilindungi dan berisiko punah jika tidak dilestarikan. Nah, tulisan 11 Januari 2021 ini didedikasikan untuk ikut membantu pelestarian lingkungan hidup, khususnya Bekantan yang eksotik ini. 

Selain pulau Curiak, juga ada Pulau Bakut yang juga dikhususkan untuk konservasi bekantan ini. 

Saya bertemu dengan Pak Fery Lens, spesialis dokumentator dan aktivitas pecinta Bekantan dengan Tim yang solid bernama Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI). Lumayan dekat karena saya sempat berada di Banjarmasin periode 2016 - 2018, dan tetap memelihara up date dengan para aktivis lingkungan hidup ini. Leader yang terkenal sampai sering diundang ke luar negeri adalah mBak Amalia Rezeki, SSi., MSi, biolog dari Universitas Lambang Mangkurat yang konsisten dalam memelihara keberlangsungan hidup Bekantan lewat SBI tersebut.

Berani mencoba  bayangin kepala buaya muncul di sungai, lantas hilang lagi, uji nyali. paling depan adalah Amalia Rezeki (Kredit Foto: Dok 
Berani mencoba  bayangin kepala buaya muncul di sungai, lantas hilang lagi, uji nyali. paling depan adalah Amalia Rezeki (Kredit Foto: Dok 

BAYI LAHIR 

Ngomong-ngomong, ini ada kabar gembira di pertengahan Januari 2021, yakni tanggal 10 yang lalu telah lahir bayi Bekantan di Curiak. Nah, berikut info dari Mbak Amalia dan Pak Fery:  

Beginilah kalau akan ke Pulau Curiak dan Pulau Bakut tempat konservasi bekantan, baju hitam itu Pak Fery (Kredit Foto: Fery Lens) 
Beginilah kalau akan ke Pulau Curiak dan Pulau Bakut tempat konservasi bekantan, baju hitam itu Pak Fery (Kredit Foto: Fery Lens) 

Berita gembira diawal tahun 2021, seekor bayi bekantan lahir dari kelompok Alpa di Stasiun Riset Bekantan & Ekosistem Lahan Basah di Pulau Curiak yang dikelola oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

Seekor bekantan (Nasalis lavartus) betina dewasa bernama Julia, kembali melahirkan seekor bayi bekantan di dalam kawasan Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak di Anjir Muara, Barito Kuala.


Menurut Ambar Pertiwi, kepala Stasiun Riset Bekantan – Pulau Curiak, ini adalah kelahiran pertama bayi bekantan di kawasan Stasiun Riset Bekantan diawal tahun 2021 ini. Jadi sekarang populasinya menjadi 28 ekor yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Alpa dan kelompok Bravo. Berarti terjadi peningkatan populasi 100% selama kurun waktu 5 tahun yang sebelumnya hanya dihuni oleh 14 individu bekantan.

Bekantan induk dan bayi yang baru lahir, bayi biasanya lahir dengan warna gelap meski besarnya menjadi blonde (Kredit Foto: Fery Lens) 
Bekantan induk dan bayi yang baru lahir, bayi biasanya lahir dengan warna gelap meski besarnya menjadi blonde (Kredit Foto: Fery Lens) 

Kok hanya seekor? Ya begitulah Bekantan, kan tidak bertelur, sehingga proses perkembangbiakannya dengan melahirkan. Makanya agak sulit memelihara Bekantan, yakni tidak bisa ditangkarkan, namun dilepasliarkan, dan beranak pinak tidak dapat cepat banyak. 

MENGAPA HARUS DIJAGA 

Bekantan kalau kita di Jogja, paling bisa melihat di bonbin kan ya. Jakarta pun demikian, Bandung, Surabaya, ya paling di bonbin. Nah, kalau di Curiak ini, kita bisa melihat langsung di habitatnya. Pak Fery Lens menjelaskan mengapa kita perlu menjaga keberlangsungan hidup Bekantan ini: 

"Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.
Satwa yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990.
Konservasi Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).
Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan yang sempat menggejala di mana-mana."

Pusat riset Bekantan yang dikembangkan oleh yayasan SBI (Kredit Foto: Fery Lens) 
Pusat riset Bekantan yang dikembangkan oleh yayasan SBI (Kredit Foto: Fery Lens) 

PEKERJAAN RUMAH BESAR 

Pelestarian Bekantan adalah pekerjaan besar yang luar biasa. Riset juga masih sangat terbuka. Ada loh, daun makanan Bekantan yang diyakini menyebabkan, maaf, ereksi Bekantan menjadi sangat lama sekali, bisa sampai 5 - 7 jam bahkan setelah proses perkawinan bekantan. Belum diteliti, apakah ini juga berdampak sama ke manusia. Jika berhasil ditemukan, dan terbukti, waduhhh...... dahsyat pastinya kan... bisa kewalahan pabrik jamu kuat di Banjarmasin.

Demikian sekian liputan dari Banjarmasin Kota Seribu Sungai, Nan Bungas menawan hati. Meski demikian, tantangan tersendiri bagi aktivis lingkungan karena sedimentasi di mana-mana, sungai perlu kontinyu dikeruk untuk juga dipelihara kedalamannya. (11.01.2021/Endepe )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun