Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Front Paramiliter Vs Nikita

14 November 2020   01:58 Diperbarui: 14 November 2020   02:24 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:(Sumber: Instagram/@nikitamirzanimawardi_17 , www.kompas.tv) 

Apakah jagad politik dipenuhi intrik yang bergerak ke arah ironi? Singkatan yang dijadikan plesetan front paramiliter itu, yang salah satu pendukungnya berseteru di twitter dengan selebritis Nikita, menjadikan situasi paradoks. Agenda politik yang diduga dibawa oleh para pegiat front, menjadi mentah dan isu remeh dengan ancaman membawa massa ratusan untuk mengepung rumah Nikita.

Waduh, bagi yang awam politik macam saya, ini mengkhawatirkan. Antara agenda konflik betulan, dengan settingan, menjadi kabur. Kekhawatiran yang paling serius dari publik adalah metamorfosa organisasi massa dari gerakan sipil menjadi gerakan paramiliter. Artinya, militansi sipil yang didukung oleh kekuatan massa sangat banyak, jika dipersenjatai dengan cepat, maka chaos akan sangat mungkin terjadi. Apalagi pernah ada ide yang berkembang, bahwa dalam situasi tertentu, sipil bisa dipersenjatai untuk mendukung pertahanan dan ketahanan negara. 

Di satu sisi, baiklah... ini memang baik jika kebijakan itu resmi dari negara dan digunakan untuk membela kedaulatan dari serangan negara asing. Konteksnya, pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Militer dan sipil bahu-membahu, bekerja sama, gotong royong, untuk bela negara dari serangan infiltrasi musuh.

Di sisi lain, ini mengkhawatirkan jika dalam upaya militerisasi sipil, ternyata ada banyak faksi yang saling berbeda kepentingan. Paramiliter bisa berubah menjadi perang sipil. Konflik antar faksi dalam masyarakat.

***

Menghadapi trending topik Nikita VS Simpatisan front, mungkin akan simpel dalam solusinya. Berdamai, surat bermeterei, atau ya sudah lupakan saja. Konflik tinggal diarahkan ke individu, atau personal. Saling serang, menghinakan, atau memaafkan. Selesei.

Namun di balik itu, sejatinya sebenarnya sesungguhnya, itu hanyalah puncak gunung es. Ada di bawah permukaan air, tubuh gunung es yang sangat besar, yang dapat menabrak kapal raksasa bernama Indonesia.

Apakah ini serius?

Sangat serius. Padahal, ini adalah perspektif awam. Di kalangan nadhliyin, sudah lama ada ormas atau organisasi pemuda yang dinamakan BANSER. Barisan Ansor Serba Guna. Mereka siap mengamankan, membuat situasi kondusif, menentramkan. Itu adalah opini yang berkembang, berdasarkan pembela Banser.

Wikipedia mencatat, bahwa tahun 1924 berdiri organisasi kepemudaan Syubbanul Wathan yang berarti Pemuda Tanah Air yang berdiri di bawah panji Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dan dipimpin oleh Abdullah Ubaid melalui media khusus telah memiliki anggota 65 orang ketika itu.

Bibit awal dengan nuansa kebangsaan dan keagamaan ini, berubah menjadi model gerakan ormas kepemudaan dengan nama BANSER (Bagi sedulur Nadhliyin yang lebih tahu, silakan dikoreksi jika ini kurang tepat). Aktivitas juga terkait dengan sosial keagamaan dan kebangsaan. 

Di kalangan Muhammadiyah, ada Kokam (Komando Kesiapsiagaan Muhammadiyah). Ormas kepemudaan ini bergerak di bidang yang sama dengan orientasi kebangsaan dan keagamaan.  Berdasarkan data dari versi Muhammadiyah,Di antara semua organisasi yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Muhammadiyah) merupakan yang paling sedikit dikenal, namun paling banyak disalahpahami.

Hanya sedikit ulasan yang tersedia tentang KOKAM, terutama karena periode eksistensi KOKAM hanya pada 1965/66, kemudian tidak aktif selama beberapa dekade, dan muncul kembali menjelang runtuhnya Orde Baru 1998.  Sampai saat ini, Kokam banyak bergerak di bidang sosial dan pengamanan aset Muhammadiyah yang menyebar di penjuru tanah air dengan fokus pengabdian sosial keagamaan dan kebangsaan. 

Di penghujung reformasi 1998, berdirilah FPI. Saya kutipkan dari link yang berkisah tentang ini : 

"Kehadiran organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) tidak dapat dipungkiri karena buah manis dari reformasi tahun 1998. Kehadiran ormas FPI diinisiasi oleh Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (PAM Swakarsa).

PAM Swakarsa dibentuk tahun 1998 dengan misi utama membantu TNI untuk menyukseskan Sidang Istimewa MPR pada November 1998. 

Menurut Kivlan Zen, dia merupakan sosok di balik pembentukan PAM Swakarsa dibentuk atas usulan Panglima ABRI saat itu, Wiranto.

PAM Swakarsa diisi oleh beberapa orang berlatar belakang  organisasi paramiliter seperti  Forum Ummat Islam Penegak Keadilan dan Konstitusi (Furkon), Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dan Brigade Hizbullah BKUI. Pembentukan PAM Swakarsa juga didukung oleh Gereja Protestan Indonesia (GPI)" (lihat di : https://www.tagar.id/sejarah-pam-swakarsa-cikal-bakal-fpi).

Ormas-ormas ini akan semakin seru jika melibatkan suku bangsa, etnis, bahasa, dan kelompok-kelompok lain di negara kita. 

***

Bagaimana jika ormas-ormas lain juga digerakkan? Dan pada situasi tertentu, dipersenjatai?

Itulah kekhawatiran awam terhadap situasi dewasa ini. Pewartaan konflik yang akhirnya memang bisa personal antara simpatisan vs Nikita yang sebagai artis memang dikenal slengekan juga, banyak bercandanya, akhirnya menjadi bayang semu dari kekhawatiran yang lebih serius. 

Kiranya pengambil kebijakan negeri ini, perlu meredakan efek bola salju dari pewartaan seperti itu. Masyarakat akan dibodohi, seakan masalahnya hanya di kisaran cuitan tidak senonoh antara artis vs simpatisan. 

Bahkan kaum satire atau pegiat medsos yang hobi menyindir, mengangkat foto Nikita sebagai calon presiden 2024. Setelah Giring Niji diangkat oleh PSI sebagai capres di baliho, maka foto Nikita tersebut semakin memudarkan kesungguhan kita untuk memilih presiden terbaik sebagai penerus bapak ibu presiden sebelumnya. 

Semoga Tuhan melindungi kita semua dari masalah nyata yang ada di balik dunia pergosipan dunia maya. (14.11.2020) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun