Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Berbagi Peran kepada Pak Bule

1 November 2020   16:18 Diperbarui: 2 November 2020   15:12 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya di Rotterdam ketika itu (Dokpri/NDP)

Tukar Peran Rumah Tangga? Wah... ini topik yang menarik karena ada banyak gejala yang semakin menggejala. Doeloe, laki-laki berada di sektor publik dan wanita berada di sektor domestik.

Sektor publik, berarti yang layak tampil adalah laki-laki. Bekerja. Mencari nafkah. Bersosialisasi.

Sektor domestik, adalah wanita. Macak, masak, manak. Itu kata sebagian orang tempo doeloe. Nek awan dadi theklek, nek bengi dadi lemek. Jika siang jadi sandal, dinista dan dijadikan peran pembantu di rumah. Kalau malam, dijadikan alas bagi suaminya?

Apakah itu masih ada?

YA siapa tahu, sehingga tukar peran rumah tangga adalah tema yang perlu digali. Bagaimana jika saat ini justru laki-laki banyak di rumah pasca covid19, karena PHK, karena work from home

Bagaimana jika wanita yang masih eksis, bekerja di luar rumah dan menghasilkan uang untuk keluarga?

***

GOTONG ROYONG 

Gotong royong adalah kata yang tepat untuk ini. Laki-laki yang memainkan peran sebagai "bapak rumah tangga", mencuci pakaian (bisa pakai mesin cuci dunk, bukan berarti mencuci pakai tangan), memasak, menyeterika, mengepel, menata kasur, menjemur pakaian, mencuci motor mobil setiap pagi atau sore, mengecek instalasi PDAM dan PLN untuk pembayaran bulanan, dan lain sebagainya.

Itu banyak sekali pekerjaan domestik. Dan jika kalori dihitung, konon ada ahli yang menghitung setara dengan atlet marathon yang latihan setiap pagi dan sore. 

Tapi kok ada ibu atau bapak rumah tangga yang gemuk? Bukankah atlet pada langsing? Hehehe... maaf... agak body shaming, gemuk dan kurus tidak berkorelasi dengan aktivitas fisik. Malah bisa makan lahap, jika energi keluar terlalu banyak.

Gotong royong untuk saling berbagi pekerjaan, akan membantu hubungan harmonis suami-istri. Sehingga jika memang ada saatnya suami pensiun duluan -misalnya-, maka sudah terbiasa berlatih mengerjakan sesuatu di rumah. Korah-korah, atau mencuci piring gelas alat dapur, bisa mengasyikkan, jika sudah terbiasa.

Jika laki-laki tidak terbiasa, setelah pensiun malah melamun. Bertengkar dengan istri, karena hanya baca koran melulu. Atau buka hape melulu. Bisa stress dan cepat mati, hati tertekan dan seakan tidak punya peran. Maka latihan bekerja kerumahtanggaan, adalah penting, khususnya untuk para kaum bapak. 

***

TEMAN SAYA PAK BULE 

Saya suatu ketika dijamu seorang sahabat saya. Beliau bule di Rotterdam, beristri orang Indonesia keturunan Sumatera dengan darah Tionghoa, dan juga darah Belanda.

Kebetulan saya berada di Rotterdam, dengan sebuah program sinergi antara perusahaan dengan Port of Rotterdam dan Institusi di Belanda. Selain program lecturing, juga outing di Belgia, Jerman, dan Perancis. (hehehe.. pamer dikit ya....)

Nah, saya berperan sebagai course director ketika itu. Perancang program, sekaligus penghubung dengan bapak-ibu bule pemangku kepentingan. Hingga, saya intensif berkomunikasi dengan Pak Bule. Lalu saya diundang makan malam di rumah beliau, di pinggiran anak aliran Sungai Rijn.

Temaram matahari yang mau tenggelam, mulai menebar. Begitu waktu shalat tiba, saya bergegas shalat Maghrib jamak qasar dengan Isya, karena bada Isya saya akan memenuhi undangan dinner di rumah Pak Bule tersebut.

Menunya mengejutkan. Menu masakan Indonesia.

"Biar Pak Nugee kangen tanah air terobati," kata Ibu Bule menyambut saya. Saya tersenyum melihat nasi, tempe goreng, tentu dengan daging ayam dan ubo rampe lainnya.

"Dont worry Pak Nugee, all of these halal...," imbuh Pak Bule mengerti apa yang melintas di benak saya melihat menu berdaging tersebut.

Sebagian besar bule, memang malahan sudah sangat akrab dengan terminologi makanan halal dan non-halal, sehingga mereka menyesuaikan dengan kolega ketika ada perjamuan. 

Nah, acara dimulai. Ibu Bule tampak menuang gelas, mempersilakan minum dengan hidangan pembuka makanan ringan. Dengan luwes pula, Ibu Bule melayani kami (saya berdua dengan kawan dari Indonesia), dan Pak Bule juga dilayani menuangkan nasi ke piring.

Nah, makan-makan selesai. Lantas ketika mau menyingkirkan piring kotor habis makan, Ibu Bule mengedipkan mata ke Pak Bule. Pak Bule bergegas mengambil piring kotor tersebut, dibawa ke tempat cuci. Ibu Bule menyulut rokok. Smoker rupanya... (batin saya).

Pak Bule sibuk di belakang mencuci piring. Saya mau bantu, Ibu Bule melarang karena kami adalah tamu beliau. 

"Dah biasa begini, saya yang masak, Pak Bule yang mencuci piring," kata Ibu Bule (kira-kira begitu terjemahannya, boso enggres-nya saya lupo.. hehehe...)

Dan adegan sama diulangi ketika minum kopi. Bule-bule biasanya minum teh, atau kopi panas, setelah makan. Tujuannya untuk menghilangkan bau amis daging atau ikan di mulut. 

Saya terheran dan gumun. Ow begitu ya bertukar atau berbagi peran. Setidaknya, Pak dan Ibu Bule di Rotterdam tersebut.

Pak Bule ini, pada tahun 2020 masih intensif berkomunikasi dengan saya lewat WhatsApp, dan masih hilir mudik Belanda - Indonesia sebelum era pandemi covid-19. 

Bayangkan kalau kita di tanah air. Belum terbiasa begini kan, Ibu mengajak ngobrol tamu, Ayah mencuci piring di belakang. Meskipun hanya sebentar, kayaknya gak sopan gitu ya....

Ya silakan, bisa ditiru, dimodifikasi, atau diadaptasi dengan nilai budaya kita.

Intinya juga gotong-royong. Tukar peran rumah tangga adalah hal biasa, dan tetap istimewa jika suami-istri, ayah - ibu, mau rela hati kontinyu melakukan. Sehingga, romantika rumah tangga akan semakin istimewa.

Hidup hanya sekali, cintai dan kasihi pasangan kita dengan sepenuh hati. Tukar peran rumah tangga adalah bukti kita saling mencintai. Semoga cinta abadi ya. Bukan hanya lagu tapi dilaksanakan di dunia ini. (NDP/1 Nov 2020) 

Berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup saya (NDP/01.11.2020)g

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun