Tapi kok ada ibu atau bapak rumah tangga yang gemuk? Bukankah atlet pada langsing? Hehehe... maaf... agak body shaming, gemuk dan kurus tidak berkorelasi dengan aktivitas fisik. Malah bisa makan lahap, jika energi keluar terlalu banyak.
Gotong royong untuk saling berbagi pekerjaan, akan membantu hubungan harmonis suami-istri. Sehingga jika memang ada saatnya suami pensiun duluan -misalnya-, maka sudah terbiasa berlatih mengerjakan sesuatu di rumah. Korah-korah, atau mencuci piring gelas alat dapur, bisa mengasyikkan, jika sudah terbiasa.
Jika laki-laki tidak terbiasa, setelah pensiun malah melamun. Bertengkar dengan istri, karena hanya baca koran melulu. Atau buka hape melulu. Bisa stress dan cepat mati, hati tertekan dan seakan tidak punya peran. Maka latihan bekerja kerumahtanggaan, adalah penting, khususnya untuk para kaum bapak.
***
TEMAN SAYA PAK BULE
Saya suatu ketika dijamu seorang sahabat saya. Beliau bule di Rotterdam, beristri orang Indonesia keturunan Sumatera dengan darah Tionghoa, dan juga darah Belanda.
Kebetulan saya berada di Rotterdam, dengan sebuah program sinergi antara perusahaan dengan Port of Rotterdam dan Institusi di Belanda. Selain program lecturing, juga outing di Belgia, Jerman, dan Perancis. (hehehe.. pamer dikit ya....)
Nah, saya berperan sebagai course director ketika itu. Perancang program, sekaligus penghubung dengan bapak-ibu bule pemangku kepentingan. Hingga, saya intensif berkomunikasi dengan Pak Bule. Lalu saya diundang makan malam di rumah beliau, di pinggiran anak aliran Sungai Rijn.
Temaram matahari yang mau tenggelam, mulai menebar. Begitu waktu shalat tiba, saya bergegas shalat Maghrib jamak qasar dengan Isya, karena bada Isya saya akan memenuhi undangan dinner di rumah Pak Bule tersebut.
Menunya mengejutkan. Menu masakan Indonesia.
"Biar Pak Nugee kangen tanah air terobati," kata Ibu Bule menyambut saya. Saya tersenyum melihat nasi, tempe goreng, tentu dengan daging ayam dan ubo rampe lainnya.