Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peradaban Maritim Banjarmasin

29 September 2019   09:07 Diperbarui: 29 September 2019   09:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edukasi maritim lewat media (dokpri)

Jika kita mencermati pewartaan beberapa waktu terakhir ini, ada nomenklatur baru yang tampaknya ikonik dan sejatinya mewakili situasi sosio kultural psikologis masyarakat Kalimantan, khususnya Banjarmasin. Mencintai peradaban sungai. 

Peradaban sungai ini secara literal diwakili adagium Kota Banjarmasin Kota Seribu Sungai. Tidak semata sebuah slogan, senyatanya Banjarmasin berada minus 9 cm di bawah permukaan air laut, dan urat nandi sungai menjalar sampai jantung kota dengan ragam sungai selokan parit  kecil besar hingga sungai superbesar Sungai Barito. 

Ikan berlimpah, dan pelabuhan Sungai Barito yang dikenal sebagai Pelabuhan Trisakti Banjarmasin juga dikenal sebagai pelabuhan yang sangat besar. Banjarmasin menjadi pintu utama  masuk logistik untuk kota-kota Kalimantan di pedalaman. Sekaligus, sungai juga menjadi sumber kehidupan masyarakat.

Di sisi lain, pada tahun sebelum 2008, ambang Sungai Barito atau di pintu muara, sempat dikenal sebagai ranjau yang siap mengandaskan kapal, bahkan tongkang yang sejatinya memiliki draft tidak lebih dari 3 -- 4  meter LWS (lower water spring). 

Artinya muara sungai Barito ketika itu menjadi area berbahaya bagi kapal, dan lalu lintas kapal ketika itu sangat tergantung pada pasang surut air sungai. 

Setelah beroperasinya perusahaan pengelola alur, maka alur dikelola dan dipelihara dengan kedalaman minimal minus 5 LWS, dan kapal pun leluasa 24 jam keluar masuk Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.

Meskipun alur sungai di muara Barito telah dijaga dan dipelihara, apakah tidak ada program yang dapat mendukung kesinambungan (sustainability) kehidupan sungai yang dalam, aman, dan sehat?  

Dapatkah kita semua bahu membahu mencintai sungai, menjaga kebersihan dan membebaskan dari pencemaran sehingga sungai menjadi bagian dari kehidupan kita tidak hanya sekarang namun juga di masa depan?

Eksisting Banjarmasin

Sejatinya sudah banyak program yang digagas dan dilaksanakan oleh pemerintah, baik Pemerintah Kota maupun Provinsi. Relawan dan petugas kebersihan sungai juga ada. 

Namun coba kita cermati terhadap nadi-nadi sungai yang masuk dalam sisi-sisi kota kita. Ada sebagian sungai dengan proses sedimentasi yang tidak terkontrol. 

Secara sengaja warga juga telah sadar tidak membuang sampah di sungai. Namun kita pandang dan observasi, bahwa sebagian sungai masih belum dirawat, sampah masih berserak. Perlu gerakan yang lebih mengakar sehingga sungai semakin terpelihara.

Inilah yang dijadikan salah satu alas an perlunya kita memprogram Mencintai Peradaban Sungai. Konteks peradaban di sini, berarti seluruh elemen warga ikut terlibat. Tidak sekedar dalam dataran kognitif konseptual, namun juga aksi nyata di lapangan. 

Dan menjadi gerakan yang menjadi nilai dasar Banjarmasin; mencintai sungai. Jika benar bahwa kita mencintai sungai, maka segenap akal budi, jiwa dan perilaku akan menunjukkan bahwa cinta kita kepada sungai sangat nyata. 

Kita tidak akan rela jika sungai kotor, pendangkalan tidak terkontrol, pencemaran juga tidak dicegah, dan proses pengurukan sungai untuk pendirian bangunan atau jembatan juga sporadis terjadi.

Untuk itu, gerakan Mencintai Peradaban Sungai digulirkan. Pelahan namun pasti kita harapkan mencintai sungai sepenuh hati akan terlaksana. Bekerja sama dengan Banjarmasin Post, dan secara bertahap menggandeng Pemkot dan Pemprov, kita mulai dari diklat esai pada bulan Januari 2017, dan aksi bersih sungai sampai saat ini. 

Harapannya warga akan semakin teredukasi, dan secara massif gerakan mencintai sungai akan menjadi bagian dari nilai hidup Banjarmasin. Tahun 2018 dan seterusnya, perlu digalakkan secara berkesinambungan untuk kemajuan ekonomi masyarakat maritime kita.

Belajar Pada Belanda 2030

Gagasan ini bukanlah ide baru. Pada saat penulis (saya) berinteraksi dengan pengelola Pelabuhan  Rotterdam di Belanda, didapatkan sebuah konsep menarik yang terangkum dalam konsepsi Port Vision 2030, Port Compass, Direct the future, Start todays. 

Singkat kata, Pelabuhan Rotterdam pada tahun 2030 ke depan akan mengukuhkan diri sebagai pelabuhan pemimpin di Eropa untuk kargo internasional maupun local, baik untuk komoditas yang menggunakan moda peti kemas, angkutan tanker minyak, maupun kargo lainnya. 

Mau tidak mau, untuk mewujudkan ambisi besar tersebut, mereka melakukan 5 (lima) langkah penting, yakni (1) meningkatkan kemudahan integrasi antara industry dan aktivitas pendukungnya, (2) mewujudkan jejaring transportasi region Eropa, (3) meningkatkan aksesibilitas dengan dukungan infrastruktur, (4) tetap memperhatikan kualitas hidup dengan zona hijau di industry dan program pengurangan pencemaran, dan (5) inovasi dan penegasan program tanpa kontroversi.

Dari diskusi dan kajian, program masa depan Rotterdam tidak lepas dari upaya kongkret di sisi masyarakat terhadap arti penting sungai. Jika kita menelusuri kota kota di Belanda, baik di Rotterdam, Amsterdam, Volendam, dan lainnya, kanal-kanal sungai yang juga merasuk ke jantung pemukiman desa juga masih terpelihara dengan baik. 

Warga di musim semi dan panas dapat mengayuh dayung, menyusuri sungai sambil melakukan aktivitas rekreatif atau sporting semacam olah raga dayung. Air bebas dari sampah dan pencemaran.

Tentu kita tidak dapat secara langsung membandingkan Belanda -- Banjarmasin secara aple to aple. Namun, karakteristik kota Banjarmasin mirip dengan kota-kota di Belanda. 

Urat nadi sungai di Belanda secara historis memang dibuat dengan rekayasan teknologi pengerukan (dredging), sehingga membebaskan Belanda dari risiko banjir. Posisi-posisi kota di Belanda yang juga berada di bawah permukaan akir laut, juga mirip. Kelebihan Banjarmasin, kita tinggal memelihara dan merevitalisasi sungai yang ada. Dan itu perlu melibatkan semua elemen masyarakat.

Secara strategis, masa depan sungai Barito 2030 kiranya perlu dituangkan dalam master plan kota/provinsi, yang akan dapat dimonitor pelaksanaannya setiap tahun (annually).  

Pemerintah sebagai otoritas yang berwenang untuk menata, merekonstruksi, merekayasa pembangunan (engineering) perlu untuk meningkatkan kejelasan peta jalan (road map) menuju masa depan Sungai Barito 2030. Sudahkah kita semua memikirkan akan bagaimana kota dan sungai kita pada tahun 2030 mendatang?

Secara teknis, gerakan dan program Mencintai Peradaban Sungai telah berjalan setahap demi setahap menuju Sungai Barito yang dalam, aman, sehat, dan bersahabat dengan warga masyarakat. Ini diperlukan dukungan semua elemen masyarakat dan pemerintahan. Masa depan Sungai Barito 2030 perlu dipersiapkan sejak sekarang. (*)

Naskah ini pernah terbit di BPost

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun