Warga di musim semi dan panas dapat mengayuh dayung, menyusuri sungai sambil melakukan aktivitas rekreatif atau sporting semacam olah raga dayung. Air bebas dari sampah dan pencemaran.
Tentu kita tidak dapat secara langsung membandingkan Belanda -- Banjarmasin secara aple to aple. Namun, karakteristik kota Banjarmasin mirip dengan kota-kota di Belanda.
Urat nadi sungai di Belanda secara historis memang dibuat dengan rekayasan teknologi pengerukan (dredging), sehingga membebaskan Belanda dari risiko banjir. Posisi-posisi kota di Belanda yang juga berada di bawah permukaan akir laut, juga mirip. Kelebihan Banjarmasin, kita tinggal memelihara dan merevitalisasi sungai yang ada. Dan itu perlu melibatkan semua elemen masyarakat.
Secara strategis, masa depan sungai Barito 2030 kiranya perlu dituangkan dalam master plan kota/provinsi, yang akan dapat dimonitor pelaksanaannya setiap tahun (annually).
Pemerintah sebagai otoritas yang berwenang untuk menata, merekonstruksi, merekayasa pembangunan (engineering) perlu untuk meningkatkan kejelasan peta jalan (road map) menuju masa depan Sungai Barito 2030. Sudahkah kita semua memikirkan akan bagaimana kota dan sungai kita pada tahun 2030 mendatang?
Secara teknis, gerakan dan program Mencintai Peradaban Sungai telah berjalan setahap demi setahap menuju Sungai Barito yang dalam, aman, sehat, dan bersahabat dengan warga masyarakat. Ini diperlukan dukungan semua elemen masyarakat dan pemerintahan. Masa depan Sungai Barito 2030 perlu dipersiapkan sejak sekarang. (*)
Naskah ini pernah terbit di BPost