Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Inner Peace ke Communal Love untuk Global Interfaith Harmony

1 September 2012   18:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia ini menyatakan bahwa sebenarnya banyak ayat-ayat Al-Quran yang memberikan panduan bagi kehidupan umat Muslim. Hadis Nabi juga menandaskan bahwa sebaik-baiknya manusia ialah orang yang memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Panduannya sudah ada. Bahkan pesan tersebut bukan hanya untuk orang Muslim saja tapi untuk semua orang.

Dewan Pembina The Wahid Institute ini menggambarkan dunia saat ini ibarat sebuah desa yang besar. “Dulu kita hanya kenal orang yang hanya sedesa, sepulau, sekarang kita bisa bertemu orang Jawa di kutub utara. Orang kulit hitam di desa di China, dan bahkan orang India di ruangan ini,“ ujarnya.

Menurutnya, dunia kini makin mengecil. Dalam arti keterikataannya semakin erat. Kita tak bisa lagi hidup sendiri, dan mengganggap diri paling benar. Psikolog keluarga ini juga berpendapat, “Bahkan dengan free trade, semua orang bisa bekerja di mana saja.” Misalnya di New York, sopir taksinya dari Pakistan, suster-suster dari Filipina, dan insinyur di sana dari India. Ke depannya, di Indonesia, guru-guru di sini bisa jadi orang Kanada, Afrika Selatan, atau India.

Oleh sebab itu, putri alrmarhum Gus Dur ini menandaskan bahwa kita memang butuh global interfaith harmony. Karena kalau tidak dengan sengaja menuju ke sana - dan justru menganggap kelompoknya yang paling benar - maka kerusakan akan melanda. Bagi umat Muslim, menurutnya, itu mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw. Tujuan utamanya ahlak mulia dan budi pekerti bukan untuk kekuasaan semata.

Nabi sendiri memberi contoh untuk hidup dalam harmoni. Lewat piagam Madinah, beliau mengatur kehidupan demi kemaslahatan umat dan kesejahteraan bersama. “Kita tinggal mengambil apa yang sudah diterapkan sesuai konteks sekarang,” imbuhnya.

Ia kemudian mengutip pendapat KH. Achmad Shiddiq, Kyai besar NU. Beliau mengingatkan bahwa bersaudara itu dengan sesama muslim, sesama bangsa dan negara, dan seluruh umat manusia. Tujuannya demi keadilan, kesetaraan, dan persaudaaran yang hakiki.

Alissa menandaskan, “Mempertahankan yang baik dari tradisi dan mengambil yang baik dari hal-hal yang baru. Inilah bekal bagi seorang Muslim untuk menjalani road to global interfaith harmony. Gus Dur pun pernah berpesan bahwa makin beda makin mudah kita menemukan titik-titik pertemuan. Jadi yang sama jangan dibeda-bedakan, yang beda jangan disama-samakan.”

[caption id="attachment_196689" align="alignleft" width="300" caption="Peserta dari Luar Negeri"]

1346570509518608865
1346570509518608865
[/caption]

Dalam jeda antar sesi, Grup Musik Yayasan Anand Ashram juga mempersembahkan lagu-lagu bernuansa Inner Peace, Communal Love, dan Global Intefaith Harmony. Lewat seni dan budaya pesan-pesan itu lebih mudah diterima siapa saja. Berikut ini salah petikan lirik lagu yang bernada Selayang Pandang:

Satu bumi dan satu langit,

Juga satu umat manusia,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun