Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bocah Merapi dan Masa Depan

20 November 2010   18:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:26 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Awalnya begitu sulit, namun dengan teknik tertentu dan sedikit kesabaran akhirnya mereka berani mengekspresikan diri kembali. Cara yang paling ampuh ialah dengan mengajak mereka bernyanyi dan menari. Mereka begitu cepat menghafal lagu Pelangi yang digubah dengan lirik bernuansa kebangsaan, “Oh Indonesia, negeri yang kucinta, beraneka ragam suku dan agama, walaupun berbeda kita tetap saudara, indahnya damainya Indonesia.”

 

Ada juga pemutaran film anak-anak. Yakni dengan memanfaatkan tembok bangunan stadion sebagai layar. Contoh lainnya ialah kegiatan salah satu stasiun televisi swasta. Mereka  menghibur ratusan anak korban letusan Gunung Merapi di pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Caranya, dengan memboyong tokoh-tokoh kartun ke barak pengungsian. Sehingga anak-anak berkesempatan menyaksikan idola mereka secara langsung. Hadiah berupa buku bacaan, mainan, dan alat tulis juga membuat mereka tersenyum kembali.

 

Selain itu, untuk melancarkan ketersendatan pendidikan anak-anak di pengungsian. Pemerintah musti sesegera mungkin mendatangkan para guru dan relawan pendidikan untuk mendampingi proses pembelajaran darurat di barak pengungsian. Karena sampai saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi tercanggih sekalipun tak mampu memprediksi sampai kapan aktivitas Merapi akan kembali normal.

 

Yang paling menyentuh nurani kemanusiaan ialah kegiatan prajurit Marinir Pasmar-1 Surabaya. Pada Sabtu (13/11) anggota TNI tersebut mengajak anak-anak pengungsi berwisata ke Candi Prambanan. Acara ini diikuti oleh 275 anak dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Tujuannya agar anak-anak pengungsi dapat sejenak berekreasi dan mengenal sejarah Candi Prambanan. Warisan budaya nenek moyang nan adiluhung. Pada kesempatan itu, mereka diajak bermain outbond juga. Tentara yang biasanya mengokang senjata kini menggandeng jemari mungil bocah-bocah lereng Merapi.

 

Inilah berkah terselubung (blessing in disguise) di balik bencana dahsyat erupsi Merapi. Segenap elemen masyarakat madani (civil society), relawan, tim SAR, aparat kepolisian, tentara, seniman, praktisi media, pemerintah, tenaga medis, akademisi, pihak swasta, dll bahu-membahu meringankan beban penderitaan para korban. Mereka bergotong-royong menyumbangkan tenaga, bantuan materiil, dan dukungan moril kepada para pengungsi tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun