Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suara Kebangsaan dari Jalanan

3 Maret 2014   14:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13938063621836690675

Dimuat di Suara Merdeka, Senin/3 Maret 2014

link

Walau sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang parkir, pengamen, dan petugas jaga malam, Pujiono (27), pria asal Cilacap, Jawa Tengah, tetap dengan penuh percaya diri (PD) menunjukkan kebolehannya di hadapan 3 juri dalam audisi Indonesian Idol.

Anang Hermansyah, Tanti vokalis Kotak, dan Ahmad Dhani sampai terkagum-kagum dibuatnya. Pujiono sukses mendendangkan lagu ciptaan sendiri diiringi genjrengan rancak gitar bolong. Selain itu, Pujiono juga piawai bersiul hanya dengan memerlihatkan giginya disertai pandangan mata yang nakal.

Lagu berjudul ”Manisnya Negeriku” boleh dibilang masuk dalam kategori balada. Senafas dengan lagu-lagu karya Doel Sumbang, Iwan Fals, dan Leo Kristi. Liriknya sungguh menggugah rasa nasionalisme kita:

Memang manis-manis gula gula

Begitu juga negeri kita tercinta

Banyak suku-suku dan budaya

Ada Jawa Sumatera sampai Papua

Semuanya ada di sini

Hidup rukun damai berseri-seri...

Ragam umat-umat agamanya

Ada Islam ada Kristen, Hindu, Buddha

Semuanya ada di sini

Bersatu di Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia negara kita tercinta

Kita semua wajib menjaganya

Jangan sampai kita terpecah belah

Oleh pihak lainnya

Pancasila dasar negara kita

Dengan UUD tahun empat limanya

Jangan sampai kita diadu domba

Oleh bangsa lainnya...

Walau tak lolos ke babak selanjutnya, Pujiono tetap dianggap idola yang sesungguhnya. ”He is the true Indonesian Idol”. Sebab banyak masyarakat yang menyukai gubahan lagu itu. Di kanal YouTube, video rekaman Pujiono tersebut sudah ditonton lebih dari 1 juta orang (link)

Carel Felix berkomentar singkat, ”Benar-benar kreatif, aku suka!” Sedangkan di jejaring sosial Twitter dan Facebook banyak pula pengguna yang menuliskan komentar positif dan memberi acungan jempol. Bahkan sampai ada warga Twitter yang memuat lirik ”Manisnya Negeriku” lengkap dengan chord kunci gitarnya.

Alhasil, produser Indonesian Idol menjadikan ”Manisnya Negeriku” sebagai soundtrack ajang pencarian bakat penyanyi tersebut. Mereka memutarkan lagu gubahan Pujiono pada setiap akhir acara.

Kalah Pamor

Dari aspek musikalitas bisa jadi dewan juri menilai Pujiono kalah pamor dibanding kontestan lain. Namun, dari aspek kreativitas dan orisinalitas, dia tak bisa dipandang remeh. Sebab, selama ini lebih banyak peserta audisi yang menyanyikan lagu-lagu berbahasa Inggris karya orang asing. Tapi Pujiono berani tampil beda, dia membawakan lagu ciptaan sendiri dan berbahasa Indonesia pula.

Lalu dari aspek semantik, makna yang mendalam terkandung di bait-bait lagu ”Manisnya Negeriku”. Semangat, meminjam istilah Anand Krishna, mengapresiasi pelangi perbedaan di bumi Nusantara jelas terbaca di sana. Pujiono bisa mengemasnya dengan bahasa yang sederhana dan merakyat.

Dalam konteks ini, petuah Gus Mus kian relevan. ”Bangsa ini tidak kreatif,” ujar Kiai Haji Musthofa Bisri saat membuka pameran lukisan di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Selasa (1/10/2013) silam.

Ketika zaman Bung Karno, politik dijadikan panglima. Setelah itu, di era Soeharto, ekonomi dijadikan panglima. Kini, di era reformasi politik kembali dijadikan sebagai panglima. ”Mbok ya sekali-kali kebudayaan yang dijadikan panglima,” ungkap Gus Mus.

Pengasuh pondok pesantren Raudhlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah itu juga berpendapat bahwa dia tak habis pikir bila Gusti Allah itu hanya dianggap Pangerannya orang-orang apik, bukan Pangerannya orang yang jelek. ”Gusti Allah itu Pangeran semua orang,” tegasnya.

Gus Mus kemudian mengutarakan bahwa menjelang Pemilu 2014 kehidupan bangsa niscaya penuh dengan gejolak konflik antarkepentingan. Pun kelompok yang berbeda identitas agama bertikai, saling berebut klaim Tuhan merekalah yang paling benar.

Suara kebangsaan dari jalanan ala Pujiono mengingatkan pada nilai pluralitas. Walau bebeda-beda, kita semua ialah putra-putri Bunda Indonesia. Jangan pernah mau dipecah-belah karena itu hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang hendak menguasai dan mengekploitasi tanah air tercinta.

Akhir kata, mari belajar dari ilmu sapu lidi. Kalau hanya sebatang lidi begitu mudah dipatahkan, tapi kalau batang-batang lidi tersebut terikat erat menjadi sapu lidi, niscaya kuat. Pun dapat dipakai untuk menyapu kotoran-kotoran di altar Ibu Pertiwi. Masih terngiang petikan lagu Pujiono, ”Pancasila dasar negara kita. Dengan UUD tahun empat limanya. Jangan sampai kita diadu domba. Oleh bangsa lainnya...”

[caption id="attachment_298231" align="alignleft" width="300" caption="Sumber Foto: http://andri-personalblog.blogspot.com/2014/01/lirik-lagu-manisnya-negeriku-pujiono.html"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun