Konflik Sampang belum berakhir. Setelah beberapa lama mereda, belakangan ini sepertinya bergejolak kembali.
Sebagaimana dikutip Tempo Kamis kemarin, ribuan jemaah umat islam tradisional Madura menggelar istigatsah dilanjutkan pengajian menolak aliran sesat di depan GOR Sampang. Dalam orasi-orasinya, para ulama menyatakan bahwa Syiah sesat dan harus diusir dari Sampang. Menurut Faisol Ramdani, salah satu tokoh pemuda yang ikut berorasi, putusan tiga tingkat pengadilan yang memvonis pemimpin Syiah Sampang, Tajul Muluk, bersalah, cukup menjadi pedoman menolak Syiah di Pulau Madura.
Bukan di Sampang saja. Tahun lalu tepatnya tanggal 30 Mei 2012 di desaPuger Kulon kecamatan Puger Jember, terjadi pula bentrokan antara warga dengan kelompok syiah.  Beberapa oranganggota kelompok syiah meminta agar pengajian akbar olehH Muhdhor al-Hamid Habib tokoh NU digagalkan. Karena panitia menolak maka 2 warga NU dibacok hingga dilarikan ke rumah sakit. Untuk konfirmasi bisa menghubungiKH.KhairuzzadMaddah rais syuriahPCNU Kencong.
Itu sekilas catatan hitam bentrokan berdarah antara umat islam Indonesia dengan aliran transnasional syiah.
Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa warga sering bentrok dengan syiah? Kenapa mereka menolak syiah?
Tidak bisa dipungkiri, perbedaan mencolok ajaran syiah dengan keyakinan mayoritas umat islam di Indonesia yang berkeyakinan ahlussunnah waljamaah adalah salah satu faktor  penyebab itu.
Dalam ajaran syiah terdapat takfir (pemahaman mengkafirkan muslim) termasuk di dalamnya pengkafiran terhadap istri dan para sahabat Nabi.
Silahkan lihat: http://sejarah.kompasiana.com/2013/06/20/takfir-yang-perlu-kita-ketahui-570491.html
Makanya, tidak pelak lagi ini sangat bertentangan dengan keyakinan mayoritas umat islam yang menghormati dan memuliakan para istri dan sahabat Nabi.
Berikutnya syiah meyakini adanya dua belas imam yang dianggap maksum dan bebas dari dosa, dan mereka menganggap itu termasuk rukun iman.
Seorang ulama Syiah yang masyhur, Muhammad Husein Ali Kasyif Al-Ghita’ berkata: