Seperti yang jadi curhatan si kocak Roman Pearce, "Dulu tank, lalu kapal terbang, sekarang apa lagi yang nembakin kita itu? Pesawat angkasa luar?"
Hehehe.
Tapi, seperti biasa, ada kabar duka dan kabar suka di balik cerita sebuah kesuksesan.
Kabar dukanya, Dwayne Johnson jadi perang dingin sama Vin Diesel. Biasalah, ego superstar. Semua pingin menonjol sendiri. Entah gimmick apa bukan.
Tapi yang jelas, kalau menonton Furious 8 dengan seksama, kita akan tahu kalau dua orang Alpha Male itu tak pernah kelihatan bersama. Apalagi berdialog dalam satu frame.
Kabar sukanya, kita malah dapat spin-off alias sempalan dari film tersebut. Dwayne dan Jason 'bersolo karir' dalam film Hobbs and Shaw - mengambil nama karakter mereka dalam Fast and Furious.Â
Dan sempalan ini juga tak mau kalah gila-gilaan dengan film induknya. Malah jadi seperti film superhero. Bayangin, musuhnya - yang berseragam kebal peluru dan berkekuatan tidak normal - terang-terangan mengatakan, "I am black Superman!"
Jadi begitulah ceritanya. Revolusi mental di dunia politik barangkali masih menghadapi banyak hambatan dan tantangan. Tapi revolusi mental ala Holywood ini ternyata lebih cepat kelihatan hasilnya.
Fast Five nearly meraih dua kali lipat pendapatan Fast & Furious. Sejak itu, pundi-pundinya terus meningkat. Puncaknya adalah Furious 7 yang mencapai 1,5 milyar dolar. Seri terakhirnya kemarin, The Fate of The Furious, agak turun sih. Tapi dikiit. Mencapai sekitar 1,2 milyar. Hobbs and Shaw juga ternyata lumayan. Berhasil mendapat 760 juta dollar. Lumayan untuk sebuah spin-off.
Tapi kalau buat saya pribadi, puncak keberhasilan film ini adalah bisa bikin saya jadi fans. Iya, jujur saja, saya memang bukan penggemar film mobil sport. Dari The Fast and The Furious sampai Tokyo Drift, saya nontonnya di TV Swasta. Itu harus berkali-kali, karena sering ketiduran.
Tapi kalau mobilnya bisa terbang, atau dilengkapi meriam, lalu adu kuat dengan kapal selam nuklir..nah, itu baru saya suka!