"Tapi maaf, Pak," tiba-tiba Kadjat bertanya. "Apa tidak mungkin mereka berdua korban perampokan, misalnya?"
Rahadian memberi isyarat pada Bayu. Dengan singkat wakilnya itu menceritakan kondisi TKP. Lalu menunjukkan surat yang ditemukan.
Kadjat berusaha menyesuaikan jarak kertas dengan kacamatanya. "Maaf, Pak. Saya sulit membacanya. Mata saya rabun. Kalau mau memakai hape di warung, saya minta bantuan pembantu. Susah melihat apapun di layar."
Rohana membacakan isi pesan. Lalu perempuan itu berkomentar, "Sepertinya Alfian suka nonton sinetron, Pak."
"Sinetron?" Rahadian mengerutkan kening.
"Iya, Pak," sahut Rohana. "Ini mirip sinetron yang tayang hari Sabtu lalu. Sore-sore. Saya baru ingat. Ceritanya mirip. Pemuda membunuh pacarnya, lalu menulis surat seperti ini sebelum bunuh diri. Isi suratnya sama persis!"
.......
Kemudian AKP Rahadian dan Kompol Bayu menengok kosan Alfian. Kosan itu sederhana. Perabotannya mimimalis. Hanya kasur di lantai, lemari plastik berisi pakaian, dan meja kecil. Tak ada barang lain.
"Ya iyalah Kadjat tidak cemas istri mudanya pindah ke lain hati," gumam Bayu saat melihat isi kamar kos itu.
Kepada pemilik kos, Rahadian bertanya apa yang dia ketahui soal Alfian.
"Orangnya kalem dan pendiam, Pak. Jarang bergaul dengan yang lain. Kalau shift pagi, pulang langsung tidur. Kalau malam sama juga. Dia tak pernah ambil cuti. Ke pabrik terus tiap hari. Jarang keluyuran juga. Bulan ini cuma dua kali dia pergi sepulang dari pabrik. Termasuk yang kemarin itu. Saya kira baru punya pacar atau bagaimana. Eh, ternyata malah meninggal...."