"Kau yakin?" Rahadian mengerutkan kening. "Aku sering makan di situ lho. Pemiliknya gemuk berkacamata tebal. Dan sudah paruh baya. Bukan pemuda dekil ini."
"Karena pemuda ini memang bukan suaminya. Almarhum bernama Alfian, seorang buruh pabrik rokok. Masih bujangan dan tinggal di kosan."
"Ah," kata Rahadian sambil mengangguk-angguk. Lalu, saat memperhatikan jenazah perempuan itu, dia kembali mengernyit. "Dan aku berani bersumpah, ini bukan istri si juragan soto itu. Istrinya sudah berumur dan tidak secantik ini."
"Itu karena yang ini istri mudanya," kata Kompol Bayu sambil nyengir.
"Ah."
......
Kadjat Fuali, suami korban, menanggapi kabar buruk itu dengan helaan nafas panjang. Lensa kacamata yang tebal membuat ekspresinya terkesan lucu, sesedih apapun dia.
"Dia memang istri kedua saya, Pak," ujar pria itu. "Baru setahun lalu menikah. Dulunya dia pelayan di salah satu cabang. Keluarganya miskin sekali. Saya ingin mengangkatnya dari jurang kemiskinan. Benarkah lelaki yang bersamanya bernama Alfian?"
AKP Rahadian mengangguk. Dalam hati ia bertanya, apakah Kadjat akan tetap sebaik itu jika Fitria tidak sebening artis sinetron.
"Seharusnya saya menanggapi omongan Fitria dengan serius," Kadjat melanjutkan. "Jika itu saya lakukan, mungkin dia masih hidup."
Rahadian langsung tertarik. "Korban bilang sesuatu kepada anda?"