Mohon tunggu...
Nuya
Nuya Mohon Tunggu... Lainnya - nu'aim khayyad

Madridista dan penghafal ayat kursi..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Satonda (1)

1 Mei 2015   22:20 Diperbarui: 18 Juli 2020   09:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

La Tonda menunjuk ke arah batu yang menjorok ke laut, sedangkan di bawahnya jurang terjal dengan deburan ombak yang menghantam bukit karang. Ari Mantika mengangguk polos. Tiada kata yang keluar dari mulutnya, karena kebahagiaannya melebihi harapannya.

 

Mereka sepakat menulis ikrar, dengan tinta darah dari kedua jari mereka yang sengaja dilukai dan ditampung ke dalam cawan batok kelapa yang berserakan di sekitar pantai. Keajaiban pun terjadi, tiba-tiba dari langit, petir menyambar cawan penampung darah segar. “ Akh…! Teriak mereka terkejut.

 

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun