Â
La Tonda menunjuk ke arah batu yang menjorok ke laut, sedangkan di bawahnya jurang terjal dengan deburan ombak yang menghantam bukit karang. Ari Mantika mengangguk polos. Tiada kata yang keluar dari mulutnya, karena kebahagiaannya melebihi harapannya.
Â
Mereka sepakat menulis ikrar, dengan tinta darah dari kedua jari mereka yang sengaja dilukai dan ditampung ke dalam cawan batok kelapa yang berserakan di sekitar pantai. Keajaiban pun terjadi, tiba-tiba dari langit, petir menyambar cawan penampung darah segar. “ Akh…! Teriak mereka terkejut.
Â
(bersambung)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!