Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan dan kesejahteraan individu, khususnya selama masa remaja. Lingkungan keluarga memengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja, termasuk perkembangan emosional, kognitif, dan sosial mereka. Keluarga dengan fungsi yang buruk, yang tercermin dalam dinamika disfungsional dan interaksi negatif, dapat memberikan dampak buruk yang signifikan bagi Generasi Z, yang berpotensi menyebabkan berbagai masalah, termasuk gangguan kesehatan mental.
Fungsi keluarga yang buruk merujuk pada adanya dinamika disfungsional dalam sistem keluarga, seperti tingginya tingkat konflik antar orang tua, komunikasi yang tidak efektif, kurangnya dukungan emosional, dan disiplin yang tidak konsisten (Conger et al., 2010). Faktor-faktor ini dapat menciptakan lingkungan yang penuh tantangan dan stres bagi Generasi Z, yang dapat memengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan dan berkontribusi pada perkembangan gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan.
Konflik yang tinggi antar orang tua sangat berdampak buruk pada kesehatan mental remaja. Menyaksikan konflik yang sering dan intens antara orang tua bisa menjadi pengalaman emosional yang sangat membebani bagi Generasi Z (Conger et al., 2010). Paparan terhadap konflik ini meningkatkan kerentanan terhadap stres emosional, kecemasan, dan gejala depresi. Keberlanjutan dan intensitas konflik orang tua bisa memperburuk dampak negatif tersebut. Gejolak emosional yang terjadi akibat konflik yang terus-menerus dapat mengganggu rasa stabilitas dan keamanan yang dibutuhkan remaja untuk perkembangan yang sehat, yang bisa menyebabkan kesulitan emosional jangka panjang.
Pola komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga juga bisa memperburuk fungsi keluarga yang buruk dan berdampak negatif pada Generasi Z. Gangguan dalam komunikasi, seperti kurangnya dialog terbuka, mendengarkan secara aktif, dan saling menghormati, menghalangi ekspresi pemikiran, perasaan, dan kebutuhan. Ini bisa memicu kesalahpahaman, penafsiran yang keliru, serta perasaan tidak didengar atau tidak dihargai di kalangan Generasi Z (Conger et al., 2010). Kekurangan saluran komunikasi yang sehat bisa mencegah remaja untuk mencari dukungan, mengungkapkan kekhawatiran, atau membicarakan perasaan mereka, yang akhirnya memperburuk perasaan terisolasi dan tekanan emosional.
Praktik disiplin yang tidak konsisten dalam menetapkan dan menegakkan batasan, aturan, dan konsekuensi dapat menyebabkan kebingungannya dan kekurangan struktur bagi remaja. Hal ini bisa menimbulkan rasa ketidakamanan dan ketidakpastian, yang berpotensi meningkatkan kecemasan serta berdampak buruk pada kesehatan mental (Conger et al., 2010). Selain itu, disiplin yang tidak konsisten juga bisa berkontribusi pada perkembangan perilaku eksternal atau kesulitan dalam mengatur diri sendiri, yang semakin memperburuk masalah kesehatan mental.
TEORI DARI POOR FAMILY FUNCTIONING ON GEN ZS
Dampak dari fungsi keluarga yang buruk pada Generasi Z dapat dijelaskan dengan berbagai pendekatan teori. Sebagai contoh, teori sistem keluarga menyoroti pentingnya hubungan antar anggota keluarga dan menunjukkan bahwa disfungsi dalam sistem keluarga dapat mempengaruhi kesejahteraan anggota keluarga secara individu (Bowen, 1978). Teori pembelajaran sosial mengungkapkan bahwa remaja belajar perilaku dan cara mengatasi masalah melalui pengamatan dan interaksi dalam keluarga, dengan pola disfungsional yang terbawa dan memengaruhi keseimbangan psikologis mereka (Bandura, 1977). Dengan menyadari dampak negatif dari dinamika keluarga yang disfungsional, para profesional dapat mendorong terciptanya fungsi keluarga yang sehat melalui intervensi terapeutik, konseling keluarga, dan program pendidikan orang tua. Menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung, penuh kasih, dan komunikatif dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental Generasi Z, serta memperkuat ketahanan serta perkembangan positif mereka. Fungsi keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam kesejahteraan psikologis remaja (McHale et al., 2012). Lingkungan keluarga yang mendukung dan harmonis, yang ditandai dengan komunikasi yang efektif, kasih sayang, dan hubungan yang positif antara orang tua dan anak, berhubungan dengan hasil kesehatan mental yang lebih baik bagi remaja (Shek, 2002). Sebaliknya, dinamika keluarga yang disfungsional, seperti konflik orang tua yang tinggi, kurangnya dukungan emosional, dan disiplin yang tidak konsisten, dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan pada remaja (Conger et al., 2010)
Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara orang berinteraksi dan bersosialisasi, khususnya di kalangan Generasi Z (Twenge, 2017). Generasi Z lebih suka berinteraksi secara online, menghabiskan banyak waktu di media sosial dan menjalin hubungan di dunia maya (Oberst et al., 2017). Namun, ketergantungan yang berlebihan pada interaksi sosial online dan kurangnya interaksi langsung dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin besar preferensi terhadap interaksi sosial online, semakin tinggi tingkat depresi, kecemasan, dan perasaan kesepian pada remaja (Odgers et al., 2020). Bada et al. (2023) melaporkan penggunaan internet yang bermasalah di kalangan orang dewasa muda dalam sebuah penelitian, dengan menunjukkan bahwa masalah ini juga berhubungan dengan tantangan kesehatan mental lain seperti depresi dan kecemasan.
Keluarga yang memiliki fungsi yang lebih sehat biasanya memberikan dukungan emosional dan material yang lebih besar kepada anggotanya, sehingga mereka dapat lebih efektif menghadapi konflik-konflik negatif.
 Keluarga, yang berfungsi sebagai ekosistem, memainkan peran penting dalam perkembangan kesehatan mental remaja dengan bertindak sebagai pelindung terhadap masalah kesehatan mental yang berbahaya dan mengurangi kemungkinan timbulnya masalah tersebut (Haefner, 2014). Meskipun penelitian sebelumnya telah menelaah peran fungsi keluarga dan preferensi terhadap interaksi sosial online sebagai faktor risiko depresi dan kecemasan, masih diperlukan studi lebih lanjut yang menggabungkan kedua faktor ini, khususnya pada populasi Generasi Z.