Saccharomyces cerevisiae berkontribusi pada ekologi fermentasi setelah hari pertama, tetapi umumnya populasinya tidak melebihi 105 cfu/g pada 96 jam.Kemungkinan, spesies ini berasal dari ragi di mana populasinya mungkin kurang dari 50 cfu/g. Profil pertumbuhan C. pelliculosa, A. rouxii, dan S. cerevisiae yang ditunjukkan dalam Gambar 1 ditemukan pada tape yang disiapkan dengan keempat sampel ragi, dan untuk fermentasi yang dilakukan pada suhu 20 atau 28 C.
 Hansenula anomala diisolasi dari tape yang disiapkan dengan ragi NKL dari Surakarta, dan ragi tanpa label dari Malang. Namun, isolasinya tidak konsisten. Ia ditemukan hanya setelah fermentasi selama 48 jam dan pada populasi maksimum sekitar 10^4 cfu/g. Keberadaannya yang sporadis bisa terkait dengan dua kemungkinan. Pertama, ia bisa saja dalam jumlah yang sangat rendah di ragi. Kedua, H. anomala adalah bentuk askosporogenik dari C. pelliculosa (Kreger-van Rij, 1984) dan mungkin telah terjadi perkawinan heterotalik dari C. pelliculosa selama fermentasi.Â
Perlu dicatat adalah : Heterotalik merujuk pada sistem reproduksi di mana individu dari dua tipe seksual yang berbeda dibutuhkan untuk menghasilkan keturunan. Dalam konteks jamur, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan spesies yang memiliki dua strain berbeda (misalnya, '+' dan '-') yang diperlukan untuk proses reproduksi seksual.
Pada jamur, heterotalik berarti bahwa kedua strain ini dapat saling berpasangan untuk membentuk spora, dan ini penting untuk variasi genetik dalam populasi. Ketika jamur yang heterotalik bertemu, mereka dapat bertukar informasi genetik dan membentuk hibrida, yang dapat meningkatkan daya tahan terhadap kondisi lingkungan atau penyakit.
Contoh yang umum dari jamur heterotalik termasuk spesies dari genus Neurospora dan Schizosaccharomyces. Sistem reproduksi ini berbeda dengan jamur homotalik, yang dapat melakukan reproduksi seksual dengan individu dari jenis kelamin yang sama.Keberadaan sistem heterotalik membantu menjaga keragaman genetik dalam spesies, yang sangat penting untuk adaptasi dan evolusi.
Spesies Bacillus tumbuh selama semua fermentasi tape meskipun populasi maksimumnya tidak melebihi 105 cfu/g. Dalam beberapa kasus, populasi ini menurun setelah fermentasi selama 48 jam, yang mungkin disebabkan oleh sensitivitas mereka terhadap etanol yang dihasilkan oleh ragi. Spesies yang diisolasi diidentifikasi sebagai B. coagulans, B. brevis, dan B. stearothermophilus, yang sama dengan spesies yang ditemukan dalam persiapan ragi. Isolat yang sementara diidentifikasi sebagai spesies Acetobacter juga hadir dalam beberapa fermentasi. Bakteri asam laktat tidak ditemukan selama fermentasi tape manapun.
Isolasi dan enumerasi bakteri dari sampel tape menjadi rumit karena pertumbuhan berlebih dari C. pelliculosa di media pelapisan, meskipun telah digunakan penghambat ragi, sikloheksimid, dengan konsentrasi hingga 150 g/ml.
Hasil penelitian Ardhana, M. M., & Fleet, G. H. (1989). The microbial ecology of tape ketan fermentation. International Journal of Food Microbiology, 9(3), 157-165. Mengambil dua sampel  tape ketan yang dibeli dari pasar berbeda di Malang (Jawa) dan dua sampel dari pasar di Denpasar (Bali) menunjukkan ekologi mikroba yang serupa dengan yang ditunjukkan terkait dengan keberadaan C. pelliculosa, A. rouxii, S. cerevisiae, dan species Bacillus. Namun, semua sampel mengandung populasi yang jauh lebih tinggi (105-108 cfu/g) dari bakteri asam asetat, dan, selain itu, sampel dari pasar Denpasar menunjukkan adanya bakteri asam laktat (lactobacillus) pada 106-108 cfu/g.Â
Amylomyces rouxii, C. pelliculosa, dan spesies Bacillus menunjukkan aktivitas amilolitik yang kuat seperti yang ditentukan pada media agar pati. Aktivitas ini diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan mereka pada substrat beras.