Mohon tunggu...
Ntika
Ntika Mohon Tunggu... Petani - Petani anggur

Jalan jalan dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nisan Sejarah

10 Juli 2024   23:21 Diperbarui: 2 Agustus 2024   23:08 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, aku mendengar kepak kelelawar

Mengais  Di antara  rimbunan  dedaunan mangga,

Berayun diterpa angin dingin pegunungan selatan

Susana itu membuat hatiku kelu

Menatap malam  sepi ditemani bintang  gemintang, temaraman cahaya bulan sabit

Wajahmu berbinar , hadir dalam benak,

Bak bunga anggrek bulan di pematang sawah

Mengukir selaksa senyum , bergelayut dalam remah cahaya bulan.

Kesedihan tak tertahan sebab tak ada khabar yang indah.

Pemutusan aliran asa tak terbendung,

Dan menyisakan kepedihan yang dalam

Berhenti dalam kesiasian, aku tak tahu salah

Aku berganti  pikiran, untuk sebuah cita-cita

Diakhir masa -masa  pengabdian ini

Bumi masih menyisakan suluh untuk aku berdenyut.

Karena masih ada mata, karena masih ada  jemari lentik

Untuk menari  dengan  Desah nafas diantara detak-detak  huruf

Menulis sebuah pesan, bahwa aku masih bernyawa

Aku berjanji selalu hadir untuk pesan yang hangat

Diantara jutaan huruf dalam rasa dan karsa

Aku ingin hadir nanti hidup tanpa badan

Menyejarah, sebagai nisan

Singaraja, 10 Juli 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun